Pintu Darurat, Stingray dan Baggage Scanner
03 December 2021
Dalam perjalanan ke Pulau Sumbawa, saya kebagian pesawat ATR yang masih pakai baling-baling itu. Bahagia lihat pesawatnya penuh, tanda-tanda kebangkitan turisme sedang di depan mata.

...
Waktu boarding ke pesawat, saya ditanya oleh pramugari “Di mana bapak duduk? Boleh tahu nomor kursinya?” Saya sebut nomor kursi. Ternyata tempatnya di sebelah pintu darurat.

Percakapannya kurang lebih sebagai berikut:

Pramugari: Pagi Pak, boleh tanya di mana bapak duduk, boleh tahu nomor kursinya?

Saya: 1F (please note: di penerbangan ini semua kursi ekonomi, so this is not implying anything)

Pramugari: Oh, itu di sebelah pintu darurat. Tolong pintunya jangan buat mainan ya, Pak. Apalagi waktu sudah terbang.

Saya: Sorry?

Pramugari: Iya, Pak. Tolong pintu darurat jangan dibuka-buka.

Saya: Emang ada yang suka mainan pintu darurat? Iseng amat.

Pramugari: Ada Pak. Kadang suka ada yang iseng.

Jujur saya merasa rada aneh. Dan mau nggak mau ada rasa tersinggung. Tapi sudahlah, malas ribut. Kan mau mencari damai di perjalanan ini.

...
Fast forward, saya sampai ke resort tujuan, yang juga merupakan sebuah diving paradise.

Waktu baru tiba di resort ini dan sedang asyik dan norak menikmati air laut yang begitu pristine, terumbu karang dan ikan warna-warni, tiba-tiba ada petugas resort bilang:

“Pak, nanti kalau lihat stingray tolong jangan dipegang”.

Saya berpikir, “Who on earth bakal pegang-pegang stingray?”

Lagi-lagi timbul rasa aneh dan ….jujur agak tersungging walau saya tahu intensinya baik. Tapi keindahan alam Sumbawa membuat saya cepat melupakan nasihat ini. 

Dalam perjalanan pulang balik ke Jakarta, di bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III Sumbawa, sebuah nasihat aneh kembali singgah. Di saat saya masih terbayang keindahan Sumbawa dan sedang memasukkan koper dan backpack ke X-ray Baggage Scanner, petugas scanner di sana memecahkan keheningan dengan kata-kata sebagai berikut: 

“Pak, yang masuk ke mesin cukup tas backpack dan koper nya saja ya” 

Jelas bahwa maksudnya saya jangan ikutan masuk ke X-ray baggage scanner. Ingin rasanya saya jawab “Wah terima kasih banyak, Pak. Buat nasihatnya. Sekarang saya baru paham bahwa ini scanner buat koper dan tas saya, bukan buat tubuh saya”. Tapi hal ini urung saya lakukan, entah kenapa. Mungkin saya sudah mulai terbiasa dengan nasihat-nasihat maha aneh. 

Saat sedang merefleksikan ketiga pengalaman ini, saya seperti dipaksa merenung. Kenapa ya saya mendapat tiga nasihat “silly” ini?

Ada dua kemungkinan jawaban:

Pertama, mungkin ada yang salah dengan diri saya. Mungkin saya sedang kelihatan kurang serius. Atau mungkin karena rambut saya lagi diwarnai agak coklat, yang menurut putri saya lebih cool.

Kedua, mungkin memang ada orang-orang aneh yang melakukan hal-hal paling aneh.

...
Saya teringat waktu berkunjung ke Tanjung Puting National Park yang spektakuler, sebuah orangutan center di dekat Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah. Ada peringatan untuk tidak berada di antara orangutan betina dan jantan. Juga peringatan untuk tidak terjun ke sungai jernih yang jelas-jelas menjadi rumah bagi buaya air tawar.

Sekali lagi “Who on earth akan melakukan hal-hal sekonyol itu?” Tapi kenyataannya peringatan-peringatan itu ada, jadi sangat mungkin hal-hal ini pernah terjadi.

Hidup ini memang begitu random. Sangat mungkin terjadi hal-hal yang kita anggap mustahil. Oleh peristiwa alam ataupun orang-orang ajaib.

Implikasinya ke pasar saham adalah: kita boleh-boleh saja punya segala financial modeling, forecast, dan segala bentuk analisa. Tapi event super tak terduga, black swan event, tetap saja mungkin terjadi.

Artinya, manajemen risiko dan alokasi portofolio yang prudent tetap diperlukan. Just in case ada tipe orang yang suka main pintu darurat atau pegang-pegang stingray atau masuk ke X-ray baggage scanner sedang aktif di counter saham pilihan kita. Atau ada event makro yang membuat kejutan, seperti Covid di tahun 2020.

Manajemen risiko dan diversifikasi memungkinkan kita untuk tetap setia pada portofolio saham-saham kesayangan di saat yang sulit. Karena saham-saham yang menciptakan nilai luar biasa bagi investornya sekalipun, seperti Amazon dan Mayora, sangat mungkin terkoreksi sangat dalam.

Kalau isi porto kita hanya saham-saham ini, satu nama saja misalnya, kita akan mudah cemas dan panik. Dan mungkin berakhir dengan dipaksa melikuidasi posisi, sehingga akan miss upside yang akan menjadi game changer bagi portofolio.

Tapi bisa saja saya cuma sedang overthinking. Mungkin peringatan soal pintu darurat dan stingray dan mesin scanner bandara lebih karena hairstyle saya, yang harus saya segera ubah begitu balik di Jakarta.

...
Baca artikel lainnya:

Home Sweet Home

Seni Memilih

Karma di Pasar Modal

Great Romance

Written by Wuddy Warsono, CFA
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220