Saya akhirnya menonton serial Squid Game setelah lama dibuat penasaran oleh gambar kartu nama dengan lingkaran, bujur sangkar, dan segitiga yang ramai beredar di media sosial. Meski saya tidak akan banyak menulis tentang jalan ceritanya, tetap saja akan ada sedikit spoiler di beberapa bagian tulisan ini. Jadi, bagi teman-teman yang belum nonton Squid Game, you've been warned, ya. Hehehe.
Salah satu hal yang paling menonjol dari jalan cerita serial ini dan relatable bagi saya adalah para karakter utamanya yang dihadapkan pada berbagai pilihan sulit dalam kehidupan mereka. Para peserta Squid Game ini adalah orang-orang yang digambarkan mengalami kesulitan keuangan karena berbagai hal, mulai dari kebiasaan berjudi hingga tindakan kejahatan keuangan. Mereka datang dari bermacam latar belakang, seperti preman sampai pekerja industri keuangan. Iming-iming hadiah bernilai puluhan miliar won membuat mereka tertarik mengikuti kompetisi permainan anak-anak ini.
Namun, kompetisi yang awalnya terdengar mudah dan menyenangkan ini ternyata mahal taruhannya: nyawa mereka yang kalah. Beratnya taruhan ini sempat membuat kompetisi dihentikan dan seluruh peserta dipulangkan kembali. Namun setelah beberapa saat, mereka diundang lagi untuk kembali mengikuti permainan yang sempat terhenti itu.
Beberapa memilih tak ikut berpartisipasi, beberapa memilih untuk mencoba lagi meski sudah tahu apa risikonya karena mereka sangat membutuhkan uang hadiahnya.
Saya jadi merenung, setiap hari kita memang dihadapkan pada berbagai pilihan, yang mudah maupun sulit. Mulai dari baju yang akan kita kenakan, makanan apa yang akan kita makan, hal apa yang akan kita lakukan, dan lainnya. Ya, hidup adalah pilihan. Dalam menentukan pilihan, tentunya kita menginginkan yang terbaik dengan berbagai keterbatasan yang kita miliki. Oleh karena itu, tak jarang kita sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan.
Aku baru mulai investasi saham, beli saham apa ya?
Memilih saham yang akan kita beli pun seringkali menjadi hal yang sulit kita putuskan.
Setiap investor memiliki cerita yang berbeda bagaimana ia terjun dan mengenal pasar modal. Ada yang dikenalkan oleh keluarga, teman, saudara, kampus, lingkungan, bahkan keadaan. Terlepas bagaimana seorang investor terjun ke pasar modal, tentu mereka pernah mengalami kebingungan yang serupa. Emiten apa yang harus saya pilih? Strategi investasi apa yang cocok untuk saya?
Bicara tentang menentukan pilihan, ada baiknya untuk mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Contohnya saya tidak suka makan emping, karena tidak suka, maka tidak akan makan emping. Mengenal diri sendiri paling sederhana dimulai dari mengetahui apa yang suka dan tidak. Dengan demikian kita akan memiliki batasan mana hal yang cocok dengan diri kita dan mana yang tidak.
Di dalam investasi, mengenal diri sendiri dimulai dari mengetahui risk profile. Setiap orang memiliki risk profile masing-masing yang tentunya tidak sama dengan orang lain. Ada 3 tipe risk profile seorang investor, yaitu agresif, moderat, dan konservatif. Hal tersebut akan membantu kita untuk menentukan proporsi penempatan aset pada saat memilih emiten apa yang cocok di dalam portfolio.
Selanjutnya, tentukanlah tujuan keuangan. Tahun 2020, misalnya, saya berencana untuk traveling ke Korea Selatan dan Semarang. Ada dua destinasi yang dapat saya capai dengan kendaraan dan membutuhkan waktu tempuh yang berbeda. Kalau ke Korea, saya membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 8 jam melalui jalur udara, sedangkan ke Semarang, saya membutuhkan waktu 6 jam jika menempuh jalur darat atau 1 jam jika via udara.
Seperti halnya rencana traveling, demikian juga dengan investasi. Tujuan investasi akan membantu kita untuk menentukan jangka waktu, pilihan instrumen serta strategi investasi yang sesuai dengan diri kita.
Tujuan investasi contohnya saya ingin memiliki passive income 10% per tahun dari active income saat ini melalui investasi saham. Contoh lainnya saya ingin pensiun pada usia 55 tahun dan menikmati hari tua dari hasil investasi saham.
Ada beberapa strategi pilihan dan sesuaikan dengan tujuan kita melalui investasi saham, yaitu:
1. Dollar Cost Averaging, yaitu membeli saham-saham tertentu secara rutin dan berkala dalam jangka waktu yang panjang.
2. Stock trading, yaitu melakukan transaksi jual beli saham dalam jangka waktu tertentu (harian, mingguan, dan bulanan).
3. Value investing, yaitu membeli saham-saham yang undervalue atau berada di bawah harga wajar.
4. Income investing, yaitu membeli saham perusahaan yang rutin membagikan dividen.
5. Growth investing, yaitu membeli saham-saham perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan signifikan di masa depan.
Setiap investor memiliki risk profile berbeda, tujuan serta strategi investasi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di dalam buku The Art of Choosing, Sheena Iyengar menulis, “Keeping the bigger picture in mind allows us to reconcile the multitudes we contain, as long as we are also careful to clearly communicate to the world our broader guiding principles".
"To be ourselves while remaining adaptable, we must either justify a decision to change as being consistent with our identity, or we must acknowledge that our identity itself is malleable but no less authentic for it. The challenge is to feel that although we have not always been exactly who we are now, we will nevertheless always recognize ourselves.”
Dalam investasi, bukan tentang mana yang benar atau salah, namun lebih ke penyesuaian diri. Kalau pilihan kita tidak sama dengan orang lain, tidak masalah. Fokuslah untuk menyesuaikan pilihan investasi dengan risk profile diri sendiri.