Pada musim panas 2018, saya mencoba mencari cara untuk menghasilkan uang.
Mulailah saya membaca tentang pasar saham. “Apa sih investasi itu?” Demi menjawab pertanyaan mendasar ini, langsung saya mencoba bertanya Mbah Google dan kebetulan menemukan suatu artikel yang ditulis oleh website Motley Fool berjudul "Beli saham ini untuk menggandakan uang Anda dengan mudah".
Nah bisa dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya...
Yang menarik dari cerita ini adalah apa yang saya rasakan saat membaca artikel tersebut. Ketika melihat judulnya saja, saya merasa seolah-olah saya telah menemukan emas batangan di depan mata. Gratis! Saya yakin bahwa apa yang tertulis dalam artikel itu bisa membuat saya kaya dengan instan, dan lebih parahnya lagi, se-yakin itu saya dengan artikel tersebut, saya tidak mau membaca artikel lain.
Ya intinya, saya terlalu super percaya diri.
Malahan, terlalu percaya diri tidak hanya pada diri saya sendiri tetapi sampai pada pikiran bahwa saya tidak perlu belajar apa-apa lagi.
Pada saat itu, bisa dibilang kebodohan saya ini sebuah resep untuk bencana. Tentu saya gak sadar. Momen ini sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, namun ini mengingatkan saya bahwa begitu mudah diri kita terjebak dengan rasa terlalu percaya diri.
Misalnya, ketika saham yang dibeli naik, saya merasa gembira dan yakin dengan keahlian yang saya miliki. Begitu juga sebaliknya. Begitu salah, saya langsung merasa orang paling bodoh sedunia.
Sekarang saya belajar dari kesalahan saya ini dengan mengerti lebih dalam esensi dari pasar saham.
Pasar saham itu adil, dan tidak kena ampun. “Ia” selalu membuat saya humble dan memaksa saya untuk merenungkan kesombongan saya. Persis seperti yang dikatakan blog terbaru yang ditulis oleh Wuddy Warsono yang mengeksplorasi konsep kerendahan hati. Beliau berkata bahwa:
"Jika kita 100% yakin dengan kemampuan dan strategi kita, sangat mungkin kita dibutakan oleh
kesombongan" - Wuddy Warsono
Disisi lain, mungkin pengalaman saya membeli saham dan journey dari diri saya untuk belajar tentang kesombongan dapat di refleksikan oleh suatu kisah yang menurut saya juga sangat relevan. Kebetulan saya membaca tentang kisah ini di buku, dan saya ingin bagikan ke kalian melalui blog hari ini.
So, sit back, find a nice chair, and relax, saya ingin bercerita kisah mitos Labirin di suatu zaman, dimana semua orang pada saat itu memakai fashion kain putih besar buat berpergian: Kisah Legenda Yunani Kuno.
Tentu kita semua tahu tentang “Labirin”, judul blog saya hari ini. Labirin adalah struktur terumit yang paling membingungkan di suatu kota bernama Kreta.
Nah, labirin yang luar biasa besar ini di bangun oleh seorang penguasa bernama Raja Minos. Ia adalah seorang raja yang punya hobi kejam dan agak unik, yaitu menampung seorang monster besar di dalam labirin bernama Minotaur. Kita bisa bayangkan, monster ini sangat kuat, berpenampakan setengah kuda dan setengah manusia, dan ia berkeliaran didalam labirin mencari manusia sebagai mangsa.
Sang Raja Minos pun mulai membuat tantangan untuk rakyatnya.
Setiap tahun tujuh pemuda dan gadis yang paling pemberani dari kota bernama Athena untuk dikirim ke labirin. Tujuannya bisa dua hal: untuk memberi makan pahlawan ini ke mulut Minotaur, atau, pahlawan ini juga diberi kesempatan bebas untuk membunuhnya.
Tetapi karena luasnya dan sifat labirin yang membingungkan, mereka yang memasuki labirin pasti akan terpisah-pisah, dan akhirnya mereka harus mengadu nasib untuk di telan Minotaur atau tidak.
Tentunya hal ini tidak mudah bagi sang pahlawan. Satu demi satu pahlawan ini kalah oleh Minotaur. Bertahun-tahun lamanya tidak ada yang bisa mengalahkan monster ini, sampai akhirnya Theseus sang pangeran Athena pun datang untuk menerima tantangan sang Raja Minos.
Nah, Theseus tidak seperti yang lain.
Ia dibesarkan sebagai bangsawan dan dilatih dalam pertempuran tingkat tinggi. Namun terlepas dari itu semua, dia cukup rendah hati untuk menyadari bahwa keahliannya saat ini tidak memadai untuk mengalahkan labirin dan Minotaur.
Jadi apa yang dia lakukan?
Theseus mencoba beradaptasi dengan sifat labirin yang membingungkan dan menyelundupkan bola benang merah.
Saat dia memasuki labirin, dia membuka gulungan benang yang memungkinkannya melihat jejaknya sendiri, membayangkan struktur labirin agar dia bisa melarikan diri dari sana.
Singkat cerita, benang merah ini membantu Theseus mengalahkan Minotaur, karena dia tidak mudah tersesat, kebingungan, dan memberi dia kesempatan untuk selalu refleksi dari keputusan yang ia ambil.
Jadi mengapa Theseus mampu bertahan ketika semua orang gagal? Kuncinya, karena ia dilengkapi dengan kerendahan hati.
Dia yakin dengan kemampuannya, tetapi tidak sampai pada titik di mana dia tidak mau menambah keahlian baru, seperti kisah saya yang tidak mau keluar dari website Mootley Fool saat pertama kali membeli saham.
Ketika membaca tentang mitologi ini saya tidak bisa tidak merasakan paralelisme kuat
yang dimilikinya dengan pasar saham.
Pasar, seperti labirin, adalah tempat di mana investor terlatih dikirim ke tempat yang membingungkan.
Setiap investor secara pribadi percaya bahwa gaya berinvestasi mereka adalah 'cawan suci' yang mampu mengalahkan pasar. Namun seperti halnya labirin, pasar pada akhirnya akan memainkan trik dan bermain dengan emosi para investor, dan membuat mereka merasakan campur aduk keserakahan, ketakutan, dan harapan.
Alhasil, ada saat dimana seorang investor terlalu congkak dan percaya diri atas investasi yang ‘too good to be true’ dan akhirnya terjebak dalam posisi yang salah. Terlebih lagi kalau di tambah dengan resep ‘leverage’ yang berlebihan.
Semoga kisah Labirin ini dapat mengingatkan kita semua, apapun dan dimana pun Anda, jika anda investor atau bukan, ingatlah untuk mengadopsi pola pikir kerendahan hati untuk terus bertumbuh, belajar suatu hal yang baru.
Seperti Labirin, pasar akan selalu berubah, tetapi seperti Theseus, Anda juga dapat mengalahkan minotaur di labirin tak berujung.
Saya percaya, jika kita dilengkapi dengan kerendah hatian, kita bisa keluar dari labirin ini hidup-hidup!
Baca artikel lainnya:
Menolak Menjadi Koboi
Investasi Ala Ali dan Dundee
Seharusnya Saya Tahu
Investasi Sambil Rebahan di Tahun Macan Air