Gara-gara "Siapa tahu.."
06 December 2021
Rabu malam lalu saya diajak seorang teman lama makan bakmi enak di sekitar Jakarta Utara. Belum apa-apa saya sudah membayangkan semangkuk bakmi yang disajikan dengan berbagai variasi olahan daging yang menggugah selera. Ah, nikmatnya!

Di sela-sela waktu bakmi disajikan, saya membuka ponsel untuk mengecek pesan-pesan yang masuk dan beberapa hal lain. Awalnya saya hanya ingin membalas pesan yang masuk via DM Instagram, eh malah keterusan berkelana di menu explore dan menikmati konten-konten lainnya. Obrolan ringan kami pun saya ikuti sembari mengecek handphone dan scrolling-scrolling media sosial.

Ketika bakmi hangat tiba dan sudah waktunya untuk makan, saya masih juga sesekali melirik handphone sambil mengunyah olahan daging yang asin dan gurih.

“Makan dulu bisa kali,” ujar teman saya. Teguran singkatnya menyadarkan saya. Saya terlalu asyik menikmati dunia lain sampai-sampai mengabaikan seorang teman di hadapan saya dan semangkuk bakmi yang sudah saya idamkan sejak tadi. Tidak fokus dengan momen yang sedang berlangsung adalah sesuatu yang seringkali kita alami. Kita sering tidak mindful.

Mindfulness adalah sikap kita yang berkesadaran penuh, memusatkan panca indera dan perhatian secara utuh pada peristiwa atau keadaan yang sedang berlangsung saat ini. Saya bersyukur ada teman yang mengingatkan. Kalau tidak, mungkin saya akan kehilangan momen menikmati bakmi dan, yang terpenting, momen bercengkerama bersama teman. Mempertahankan pertemanan yang sudah lama terjalin bukan hal yang mudah, butuh menyediakan waktu khusus untuk bertemu di sela-sela kesibukan yang ada.

Baca juga: Kisah Kedua Sahabat


Mindfulness dibutuhkan tidak saja untuk menjaga hubungan baik dengan teman, relasi, bahkan keluarga dan orang-orang terdekat. Sikap dan pola pikir penuh kesadaran ini juga penting dalam upaya kita bertahan di tengah kondisi pasar saham yang penuh kejutan.

Beberapa hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi yang mampu bikin jantung para trader deg-degan. Ada hari ketika market dibuka di zona hijau namun berakhir melemah saat ditutup. Harapan para trader seakan dibawa terbang melayang kemudian dihempaskan hingga remuk redam. Enggak jadi to-the-moon, eh malah sakit to-the-bone.

Kabar munculnya varian baru Covid-19 di Afrika, yaitu Omicron, membuat pelaku pasar di seluruh dunia panik. Ada Sebagian pelaku pasar yang memandang saat ini sebagai kesempatan untuk melakukan pembelian saham dengan strategi buy on weakness. Ada juga yang memandangnya sebagai ancaman yang menimbulkan ketakutan di market dan memilih wait and see dahulu.

Market yang volatile tak jarang membuat galau para trader. Ketika market sedang bullish dan saham-saham yang dimiliki harganya naik signifikan, ada yang memilih “ah, hold dulu ah, siapa tahu nanti bisa naik lagi”.

Begitu pun ketika harganya tiba-tiba turun, “ah hold aja deh, siapa tahu nanti harganya naik”. Alhasil yang tadinya floating profit, malah jadi BEP atau bahkan jadi minus. Tadinya yang minus tipis 5% misalnya, jadi minus 25%++.

Pemikiran “siapa tahu” yang terlihat sederhana malah bikin kita jadi memble. Kalau sudah begini, what should we do?

Market memang selalu bergerak dinamis, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada perdagangan di hari tersebut. Namun, sebagai seorang trader kita bisa mengantisipasinya dengan membuat trading plan. Don’t predict, just react. Tentu kita sudah sering mendengar kalimat ini. Tidak berandai-andai dengan apa yang akan terjadi karena “siapa tahu” hanyalah asumsi di kepala kita.

Menjadi mindful trader berarti fokus pada keadaan market saat ini dan tidak terdistraksi oleh hal-hal lain. Ketika IHSG terkoreksi dan saham di portofolio minus 5%, sebagai trader saya tahu apa yang harus saya perbuat: cutloss atau melakukan averaging down dengan tetap memperhatikan money management. Saat market bullish dan saham yang saya miliki harganya rally, saya tahu apa yang harus saya lakukan: take profit 25% atau 50% misalnya agar tidak kehilangan barang, kemudian melakukan pembelian lagi ketika pullback atau retrace. Seorang mindful trader harus mengetahui keputusan apa yang akan diperbuat tanpa berandai-andai, siapa tahu…” agar tidak jadi tofu.

Bagi trader pemula, membuat trading plan mungkin sesuatu hal yang asing dan membingungkan. Yup, saya juga pernah mengalaminya. Untungnya saya punya komunitas Sucor Cuan Troopers yang mendukung saya untuk growing together, safer together, dan standing together. Dengan prinsip #StrongerTogether ini, saya bisa belajar di komunitas ini sehingga kami bisa bersama-sama memahami apa yang harus kami lakukan di berbagai situasi pasar yang berbeda dan tidak berasumsi dengan “siapa tahu..”.

Baca artikel lainnya:

Adakah Jalan Pintas Menuju Financial Freedom?

Home Sweet Home

Pintu Darurat, Stingray dan Baggage Scanner

Beli Rumah untuk Investasi? Think Again.

Written by Fang Dessy
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220