Kisah Hidup YOLO ala Anak Ibukota
23 August 2021
Menjadi seorang CEO atau influencer di dunia pasar saham tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak berbeda dengan perjalanan hidup setiap orang lainnya, perjalananku pun juga tidak luput dari seorang anak muda yang tidak punya tujuan hidup, apalagi saya anak daerah yang merantau ke ibukota dengan segala perubahan gaya hidup yang cukup drastis membuat saya kaget akan segala kehidupan metropolitan.

Lalu apa yang membuat saya berubah menjadi yang sekarang? Inilah perjalananku untuk memiliki pemahaman lebih baik tentang personal finances.

Baca juga: Ketika Impian dan Realita Tak Sejalan

...
Saya Pun Pernah YOLO

“Asik, udah tanggal 24 nih! Besok gajian!” kata salah satu teman kantor saya.

“Lumayanlah, bisa buat bayar cicilan iPhone. Gak kerasa nih tinggal 3 bulan lagi!” sahut teman saya yang lain.

Begitulah behind the scene kehidupan eksekutif muda di Jakarta. Bagi sebagian orang, percakapan itu mungkin terdengar aneh. Kok bisa-bisanya dia bangga membeli iPhone dengan cara dicicil ke teman sekantor. Tapi bagi saya yang sudah lumayan lama bergaul dengan eksekutif muda Jakarta, itu sudah tidak aneh lagi. Biasa saja.

Kemeja rapi. Sepatu kinclong. Rambut klimis. Smartphone selalu model terbaru. Kemana-mana bawa clutch branded ala selebritas papan atas ibukota. Namun siapa sangka, di balik kemewahan itu ternyata ada penderitaan yang mungkin tidak banyak orang tahu: CICILAN KARTU KREDIT.

Kok saya bisa tahu? Karena saya pernah mengalami. Hehehe.

Saya pernah menganut paham YOLO alias You Only Live Once. Istilahnya begini: Kan hidup cuma sekali nih, sayang banget dong kalau nggak dinikmati! Maka dari itu, ayo maksimalkan kebahagiaan sekarang! Enjoy the moment, bro! Nggak usah pusing memikirkan masa depan deh capek!

Prinsip utama YOLO itu “Gimana Nanti” bukan “Nanti Gimana”.

...
Di tahun 2016, saya memulai karir di Citibank dengan gaji layaknya seorang banker. Namun, selama tiga tahun berkarir di sana, saya sama sekali tidak bisa mengumpulkan aset. Kebalikannya malah, setiap bulan gaji saya terserap untuk bayar kartu kredit. Bahkan, setiap weekend saya sengaja bekerja part-time sebagai wedding MC dan wedding singer demi menambah penghasilan.

Jangankan investasi, menabung saja hampir tidak pernah.

Ini terjadi karena saya tidak bisa mengendalikan diri. Tidak bisa disiplin untuk hidup secukupnya. Saya malah terpengaruh oleh gaya hidup konsumtif dan hedonisme khas ibukota. Lunch atau dinner di restoran mewah, nongkrong di beberapa cafe kekinian, belanja barang-barang branded, dan liburan ke luar negeri telah menjadi gaya hidup saya yang baru.

Awal bekerja di Sucor Sekuritas gaya hidup YOLO ini berlanjut sampai saya mendapatkan pencerahan dari Ibu Lindrawati Widjojo, founder Sucor Sekuritas “Bernard, kamu hidup jangan boros-boros ya,” kata beliau. “Sisihkan sebagian gaji kamu untuk investasi. Demi masa depan kamu lho.”

Masa depan? Saya kaget. Masih ada ternyata orang yang mempedulikan masa depan orang lain. Dan dia adalah bos saya sendiri. Saya sendiri malah tidak pernah memikirkan masa depan. Tapi di momen itu saya mulai berpikir. Hmm, aneh juga ya. Saya kerja di perusahaan sekuritas tapi tidak paham konsep investasi.

Saya pun langsung mencari tahu dan mempelajari bagaimana caranya investasi saham dengan baik dan benar. Mulai banyak mengikuti workshop termasuk milik Ellen May. Sejak saat itu, mindset saya terhadap pengelolaan keuangan pribadi berubah total. Saya mulai membuat budget bulanan untuk menentukan berapa jumlah uang yang boleh saya keluarkan dan berapa yang harus saya investasikan ke saham.

Nah, kalau kamu bagaimana?

...
Dinamika Kehidupan Millennial

Kamu setiap pagi bangun dalam keadaan lelah. Inginnya sih leyeh-leyeh, tapi ya mau bagaimana lagi. Kamu harus siap-siap berangkat kerja dan macet-macetan di jalan selama berjam-jam demi gaji yang sebenarnya nggak seberapa.

Kamu kerja sudah lumayan lama. Tapi sampai sekarang kamu belum punya aset apa-apa. Tidak ada mobil atau rumah. Tabungan? Ada sih, tapi angkanya memalukan. Kamu kadang bingung. Kenapa ya? Apa karena gaji kamu kurang besar? Bisa jadi. Tapi di lubuk hati yang paling dalam, kamu tahu pasti kenapa.

Semua ini terjadi karena kamu tidak masalah tidak punya tabungan asal bisa traveling ke luar negeri. Karena kamu menggesek kartu kredit tanpa pikir panjang demi “menjaga” pertemanan. Padahal biaya “menjaga” pertemanan lumayan mahal. Karena kamu, seperti saya dulu, menganut paham YOLO.

...
Menurut Indonesia Millennial Report 2019 oleh IDN Times, hanya 10.7% pendapatan millennial yang ditabung, sedangkan 51.1% habis untuk kebutuhan bulanan. Bagaimana dengan investasi? Masih sangat rendah, cuma 2% pendapatan.

Padahal kita semua punya mimpi. Kita ingin menikah dan punya mobil. Beberapa dari kita mungkin ingin berkunjung ke tanah suci atau membangun usaha agar bisa hidup mandiri. Tapi hampir semua dari kita pasti ingin punya rumah sendiri. Menurut survei yang sama, hanya 35.1% millenial Indonesia yang punya rumah.

Lantas apa yang harus kita lakukan jika ingin menggapai mimpi?

Simak blog saya selanjutnya ya!

Written by Bernadus Wijaya
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220