Rabu
malam lalu saya diajak seorang teman lama makan bakmi enak di sekitar Jakarta
Utara. Belum apa-apa saya sudah membayangkan semangkuk bakmi yang disajikan
dengan berbagai variasi olahan daging yang menggugah selera. Ah, nikmatnya!
Di
sela-sela waktu bakmi disajikan, saya membuka ponsel untuk mengecek pesan-pesan
yang masuk dan beberapa hal lain. Awalnya saya hanya ingin membalas pesan yang
masuk via DM
Instagram, eh malah
keterusan berkelana di menu
explore
dan menikmati konten-konten lainnya. Obrolan ringan kami pun saya ikuti sembari
mengecek
handphone dan
scrolling-scrolling media sosial.
Ketika
bakmi hangat tiba dan sudah waktunya untuk makan, saya masih juga sesekali
melirik
handphone sambil mengunyah olahan daging yang asin dan gurih.
“Makan
dulu bisa kali,” ujar teman saya. Teguran singkatnya menyadarkan saya. Saya
terlalu asyik menikmati dunia lain sampai-sampai mengabaikan seorang teman di
hadapan saya dan semangkuk bakmi yang sudah saya idamkan sejak tadi. Tidak
fokus dengan momen yang sedang berlangsung adalah sesuatu yang seringkali kita
alami. Kita sering tidak
mindful.
Mindfulness adalah sikap kita yang berkesadaran penuh, memusatkan panca
indera dan perhatian secara utuh pada peristiwa atau keadaan yang sedang
berlangsung saat ini. Saya bersyukur ada teman yang mengingatkan. Kalau tidak,
mungkin saya akan kehilangan momen menikmati bakmi dan, yang terpenting, momen
bercengkerama bersama teman. Mempertahankan pertemanan yang sudah lama terjalin
bukan hal yang mudah, butuh menyediakan waktu khusus untuk bertemu di sela-sela
kesibukan yang ada.
Baca juga:
Kisah Kedua SahabatMindfulness
dibutuhkan tidak saja untuk menjaga hubungan baik dengan
teman, relasi, bahkan keluarga dan orang-orang terdekat. Sikap dan pola pikir
penuh kesadaran ini juga penting dalam upaya kita bertahan di tengah kondisi
pasar saham yang penuh kejutan.
Beberapa
hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi yang mampu bikin
jantung para
trader deg-degan. Ada hari ketika
market dibuka di
zona hijau namun berakhir melemah saat ditutup. Harapan para
trader
seakan dibawa terbang melayang kemudian dihempaskan hingga remuk redam.
Enggak
jadi
to-the-moon, eh malah sakit
to-the-bone.
Kabar
munculnya varian baru Covid-19 di Afrika, yaitu Omicron, membuat pelaku pasar
di seluruh dunia panik. Ada Sebagian pelaku pasar yang memandang saat ini
sebagai kesempatan untuk melakukan pembelian saham dengan strategi
buy on
weakness. Ada juga yang memandangnya sebagai ancaman yang menimbulkan
ketakutan di
market dan memilih
wait and see dahulu.
Market yang
volatile tak jarang membuat galau para
trader.
Ketika
market sedang
bullish dan saham-saham yang dimiliki
harganya naik signifikan, ada yang memilih “ah,
hold dulu ah,
siapa
tahu nanti bisa naik lagi”.
Begitu
pun ketika harganya tiba-tiba turun, “ah
hold aja deh,
siapa tahu
nanti harganya naik”. Alhasil yang tadinya
floating profit, malah jadi
BEP atau bahkan jadi
minus. Tadinya yang
minus tipis 5% misalnya,
jadi
minus 25%++.
Pemikiran
“siapa tahu” yang terlihat sederhana malah bikin kita jadi memble. Kalau sudah
begini,
what should we do? Market memang selalu bergerak dinamis, tidak ada yang tahu apa yang
terjadi pada perdagangan di hari tersebut. Namun, sebagai seorang
trader
kita bisa mengantisipasinya dengan membuat
trading plan.
Don’t
predict, just react. Tentu kita sudah sering mendengar kalimat ini. Tidak
berandai-andai dengan apa yang akan terjadi karena “siapa tahu” hanyalah asumsi
di kepala kita.
Menjadi
mindful trader berarti fokus pada keadaan
market saat ini dan
tidak terdistraksi oleh hal-hal lain. Ketika IHSG terkoreksi dan saham di
portofolio
minus 5%, sebagai
trader saya tahu apa yang harus saya
perbuat:
cutloss atau melakukan
averaging down dengan tetap
memperhatikan
money management. Saat
market bullish dan saham
yang saya miliki harganya
rally, saya tahu apa yang harus saya lakukan:
take
profit 25% atau 50% misalnya agar tidak kehilangan barang, kemudian
melakukan pembelian lagi ketika
pullback atau
retrace. Seorang
mindful
trader harus mengetahui keputusan apa yang akan diperbuat tanpa
berandai-andai,
“siapa tahu
…” agar tidak jadi tofu.
Bagi
trader
pemula, membuat
trading plan mungkin sesuatu hal yang asing dan
membingungkan.
Yup, saya juga pernah mengalaminya. Untungnya saya punya
komunitas Sucor Cuan Troopers yang mendukung saya untuk
growing together,
safer together, dan
standing together. Dengan prinsip
#StrongerTogether ini, saya bisa belajar di komunitas ini sehingga kami
bisa bersama-sama memahami apa yang harus kami lakukan di berbagai situasi
pasar yang berbeda dan tidak berasumsi dengan
“siapa tahu..”.
Baca artikel lainnya:
Adakah Jalan Pintas Menuju Financial Freedom?Home Sweet HomePintu Darurat, Stingray dan Baggage ScannerBeli Rumah untuk Investasi? Think Again.