Anti Gengsi
17 August 2020
Salah satu privilege bekerja di industri pasar modal adalah kesempatan untuk belajar dari orang-orang hebat. Misalnya, saya pernah punya kesempatan untuk datang dan mendengarkan langsung presentasi mendiang Lee Kuan Yew (LKY). Walau sudah membaca buku beliau From Third World to First: The Singapore Story: 1965-2000, saya tetap merasa sangat beruntung bisa mempunyai kesempatan mendengarkan langsung dari tokoh dunia ini.

Saat ditanya oleh salah satu yang hadir di acara itu, siapa tokoh yang paling dikagumi, jawaban LKY adalah “Deng Xiaoping”, tokoh reformasi dan pemimpin Tiongkok yang bisa membawa Tiongkok memasuki titik balik dari negara susah menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Kenapa Deng Xiaoping?

Ceritanya begini. Sewaktu Deng Xiaoping baru menjadi pemimpin Tiongkok, di bulan November 1978, ia berkunjung ke Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura. Di Singapura, Deng terkagum-kagum dengan kemajuan, kehijauan, dan proyek rumah rakyat Singapura. Maka bertanyalah Deng Xiaoping ke LKY mengenai resep sukses Singapura.

LKY awalnya berpikir, sewaktu Deng Xiaoping memintal nasihat untuk Tiongkok, itu hanyalah basa-basi belaka. Anyway, LKY tetap memberikan masukan buat Deng Xiaoping cara membangun kembali Tiongkok yang baru hancur karena revolusi budaya. LKY memberikan masukan yang keras buat Tiongkok, sambil berpikir paling-paling ya dicuekin. Deng Xiaoping sudah tidak lagi muda dan rata-rata pemimpin negara besar ya begitulah sifatnya...

Ternyata Deng Xiaoping termenung mendengar masukan LKY. Ia kembali ke Tiongkok dan mengaplikasikan semua masukan LKY. LKY kaget dan kagum. Kekaguman terhadap Deng Xiaoping ini ia bawa sampai beberapa dekade kemudian.

Sama seperti saya yang bisa mendengarkan cerita dari LKY ini secara langsung. Cerita hebat ini masih saya bawa sampai hari ini.

Deng Xiaoping yang tidak lagi muda dan baru memenangkan pertarungan politik dahsyat di Tiongkok ternyata mempunyai kerendahan hati dan kemampuan untuk berubah mengikuti perkembangan zaman. Masukan dari mantan pemimpin “negara kecil” pula.

Dalam pandangan saya, yang termasuk ciri khas orang hebat dan orang jenius adalah kerendahan hati dan kemampuan untuk berubah. Apalagi setelah sukses besar dan di usia yang tidak muda. Sama sekali tidak mudah.

Di dunia investasi, kita baru mendengar kabar heboh tentang bagaimana Berkshire Hathaway dalam laporan ke regulator untuk periode yang berakhir 30 Juni 2020 mencatat pembelian saham blue chip perusahaan tambang emas Barrick Gold Corp.

Bagi yang belum familiar, Berkshire Hathaway adalah perusahaan konglomerasi investor ternama dunia Warren B(uffett).

Kenapa ini menjadi berita heboh? Bukannya biasa saja orang beli saham tambang emas?

Karena semua tahu betapa Warren B berkali-kali mempertanyakan logika berpikir berinvestasi emas. Contoh pernyataan Warren B soal emas:

“(Gold) gets dug out of the ground in Africa, or someplace. Then we melt it down, dig another hole, bury it again and pay people to stand around guarding it. It has no utility. Anyone watching from Mars would be scratching their head.”

“The magical metal was no match for the American mettle."

Kok sekarang tiba-tiba beli tambang perusahaan emas? Padahal untuk laba perusahaan emas bisa naik, hanya ada dua jalan: harga emas naik atau produksi bertambah (dari keberhasilan aktivitas eksplorasi dan akuisisi).

Juga harus diingat ada unsur operating leverage dalam bisnis tambang emas. Artinya, misalnya harga emas naik 1%, profit Barrick akan naik sekitar 2%. Namun leverage ini juga bekerja sebaliknya: kalau harga emas turun 1%, proft Barrick juga akan turun 2%, bukan hanya 1%.

Jadi beli tambang emas adalah proxy bullish akan prospek emas. Kalau tidak suka prospek harga emas, tidak rasional untuk beli saham tambang emas. Pure and simple.

Memang kita belum tahu apakah pembelian saham Barrick oleh Berkshire ini adalah pembelian langsung oleh Warren B atau deputi-deputinya seperti Todd Combs dan Ted Weschler. Tapi logikanya, mestinya tidak mungkin orang Berkshire berani beli sesuatu yang bosnya masih sangat tidak suka.

Sebenarnya Warren B sendiri sudah berubah beberapa kali. Tidak lagi menganut cigar butt investing ala gurunya Ben Graham. Teknik cigar butt ini dipakai oleh Warren B di awal-awal karier investasinya. Ide utamanya adalah membeli saham-saham yang lagi hancur harganya, di bawah perkiraan konservatif atas nilai likuidasi. Dikasih nama cigar butt, karena ibaratnya kita jalan kaki dan melihat puntung rokok dengan rokok yang masih sisa sedikit di pinggir jalan. Tentu bentuknya sudah tidak menarik dan mata ingin cepat berpaling. Tapi saking dicampakkannya, puntung rokok ini sebenarnya masih bisa dihisap sekali lagi, tinggal diambil saja. Terus dibuang. Kalau saham, setelah naik langsung dijual.

Sejak berpartner dengan Charlie Munger dan sejak investasi Berkshire di See’s Candy, metode investasi Warren B pun berubah. Bayar harga sahamnya mahalan tidak apa asal perusahaan bisa terus bertumbuh dan bisa dipegang dalam jangka waktu yang lama. Kalau perlu selamanya.

Kita juga tahu bagaimana Warren B membeli saham Apple walau sebelumnya tidak mau menyentuh sektor teknologi.

Dan sekarang Warren B berinvestasi di saham perusahaan tambang emas. AMAZING. Tidak pakai gengsi-gengsian.

Saya pikir apa yang dilakukan oleh Warren B ini menunjukkan kekuatan karakternya. Bukan kelemahannya. Menunjukkan growth mindset yang luar biasa. Kemampuan yang terus tumbuh karena kerendahan hati, kerja keras, dan kemauan untuk terus belajar. Keluar dari zona nyaman sehingga otak kita terus terlatih.

...Kalau lain kali ada sektor investasi yang masih asing buat saya, saya harus berani jujur pada diri sendiri dan bilang “belum paham” dan menolak tunduk pada keengganan untuk terus tumbuh dan belajar. Kalau saya lupa akan hal ini, tolong ingatkan saya lagi cerita LKY soal Deng Xiaoping. Dan cerita soal Warren B.

Written by Wuddy Warsono, CFA
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220