Risk - Reward Terbaik
14 October 2019
Penggemar film-film adaptasi DC Comics akan langsung paham betapa menantangnya bagi Joaquin Phoenix untuk memerankan si supervillain Joker (2019). Benchmark-nya demikian berat, yakni performa Heath Ledger sebagai Joker di The Dark Knight karya sutradara Christopher Nolan yang dirilis di tahun 2008. Seperti halnya akting Phoenix, akting Ledger banyak menuai pujian. Ledger juga meraih banyak penghargaan termasuk Oscar, tepatnya Academy Award for Best Supporting Actor. 

Sebagai pengusung method acting, Joaquin Phoenix dan Heath Ledger mengikuti metode dimana aktor berusaha untuk memahami dan merasakan emosi dari karakter yang mereka wakili dalam akting. Aktor yang mengikuti metode ini tidak ragu untuk melakukan hal-hal yang ekstrem untuk menjadi sedekat mungkin secara fisik dan mental dengan karakter yang diwakili sang aktor. 

Sampai hari ini belum banyak ulasan mengenai metode akting Phoenix dalam persiapan peran Joker. Tapi sudah banyak ulasan mengenai metode akting Heath Ledger dalam persiapan peran yang sama di film The Dark Knight. 

Salah satu hal ekstrem yang dilakukan oleh Heath Ledger adalah mengurung dirinya dalam isolasi total selama enam minggu. Sebagai hasilnya, Ledger mengalami kelelahan dan defisit tidur (sleep deprivation) yang super parah. Sebelumnya, Ledger sudah mempunyai kecenderungan insomnia. Isolasi total yang dilaluinya membuat defisit tidurnya kian parah.

Tentu persiapan dilakukan oleh Heath Ledger, untuk memerankan supervillain Joker adalah hal yang telah benar-benar dipelajari luar dalam. Dari sana, kita belajar bahwa ada hubungan erat antara defisit tidur yang parah dengan kesehatan mental seseorang. 

Belum lama, waktu membaca memoar founder Nike Phil Knight, saya juga belajar tentang pelatih atletik legendaris (dan co-founder Nike) Bill Bowerman. Bill adalah pelatih atletik di University of Oregon. Di bawah kepemimpinan seorang Bill Bowerman, tim University of Oregon langganan juara, melahirkan 33 atlet Olimpiade, 38 juara conference, dan 64 All-Americans. 

Yang juga menarik, Bill Bowerman adalah pelatih atletik pertama di Amerika yang sangat menekankan pentingnya istirahat. Di matanya, periode recovery itu sama pentingnya dengan periode latihan. 

Mengenai hubungan antara olahraga dan tidur, saya bertanya langsung ke sahabat saya Martijn de Jong, pendiri gym Mixed Martial Arts (MMA) ternama, Tatsujin Dojo. 

Menurut Martijn, defisit tidur adalah salah satu kontributor utama cedera (injury) dalam olahraga (tulisan saya sebelumnya Menghindari Cedera, Mencari Cinta membahas tentang terluka vs. cedera). Mengapa demikian? Apa hubungan defisit tidur dengan cedera? 

Rupanya dalam MMA ataupun olahraga lainnya, atlet berlatih super keras dan perlu pemulihan 100% yang bisa diraih dengan cukup tidur. Kalau seorang atlet mengalami defisit tidur yang parah, maka tubuhnya tidak sempat mengalami pemulihan yang dibutuhkan. Juga, pikiran menjadi tidak tajam, yang sering berakibat pada akumulasi kesalahan-kesalahan kecil yang bermuara pada cedera serius. 

Atlet-atlet Martijn de Jong paham bahwa mereka perlu tidur 12 jam per hari atau paling minimum 8 jam per hari. Untuk menghindari cedera dan supaya tetap tajam, baik fisik maupun mental.

Tidur, ternyata, adalah obat doping yang tidak hanya legal, tapi juga sangat ampuh. Ini dipakai secara efektif oleh atlet-atlet terbaik.

Atlet tenis Roger Federer misalnya, tidur 12 jam sehari, 10 jam malam hari plus 2 jam tidur siang. Atlet basket Lebron James juga sama, tidur 12 jam sehari. 

Legenda atletik Usain Bolt tidur 9.5-10 jam sehari. Juga ditambah lagi dengan tidur siang. Di salah satu race-nya, Usain Bolt baru bangun 35 menit sebelum lari, bertanding dan langsung memecahkan rekor dunia!

Riset juga menunjukkan bahwa atlet yang tidur 6 jam atau kurang mempunyai 80% kemungkinan untuk cedera. Bagi yang tidur 9 jam, resiko cedera menurun tajam ke angka 15-20%.

Dari resiko cedera 80% ke 15-20%, hanya dengan menambah 3 jam tidur! 

Riset di atas senada dengan pemikiran Heath Ledger: bahwa tidur itu sangat perlu untuk kesehatan fisik dan mental. 

Kalau mau mendalami emosi sakit mental ala Joker, cara paling mudah untuk mencederai mental adalah dengan defisit tidur yang kronis. Implikasinya adalah kalau mau sehat fisik dan mental, cara terbaik tapi juga termurah adalah dengan tidur. 

Dalam bukunya Why We Sleep, profesor neuroscience dan psikologi dari UC Berkeley Matthew Walker dengan sangat passionate menjelaskan bagaimana cukup tidur meningkatkan memori dan kreativitas. Orang yang cukup tidur juga lebih menarik penampilannya, lebih langsing dan tidak mudah merasa lapar. Cukup tidur juga melindungi kita dari kanker dan demensia, mencegah flu, mengurangi resiko serangan jantung, stroke, dan diabetes. Juga, cukup tidur berpengaruh besar ke rasa bahagia, mengurangi depresi dan rasa khawatir. 

Luar biasa penemuan ini. Begitu sederhana, namun begitu besar dampaknya. 

Satu lagi yang menarik dari buku Matthew Walker yang juga Direktur dari the Center for Human Sleep Science adalah bahwa tidur ternyata sangat membantu kita untuk lupa. 

Kebetulan pernah saya tulis sebelumnya dalam tulisan saya yang berjudul Belajar Lupa, kapasitas untuk lupa dalam konteks yang tepat adalah sama bermanfaatnya dengan kapasitas untuk mengingat. 

Dalam bahasa pendiri Nike, Phil Knight, “the art of competing is the art of forgeting.” Lupakan limit. Lupakan keraguan. Lupakan kesakitan. Lupakan masa lalu kita yang kurang baik. Lupakan suara dari dalam hati yang berteriak “saya sudah lelah”.

Tidur seolah-oleh membantu kita untuk mengorganisasi ulang otak kita, mirip dengan lemari file yang ditata ulang supaya tidak cluttered. Hasilnya? Kapasitas otak meningkat dan hidup kita menjadi lebih menyenangkan. Spark joy ala Marie Kondo. 

Tidur: easy choice, easy life

Kita semua paham pepatah kuno: hard choice = easy life; easy choice = hard life. Selalu ada trade-off dalam hidup ini. Kalau kita melakukan pilihan yang sulit dalam hidup, umumnya hidup akan jadi lebih mudah. Sebaliknya kalau kita mau berfokus ke pilihan mudah dalam hidup, hidup akan jadi lebih berat. 

Kalau kita menabung (hard choice), maka hidup kita akan punya cukup uang untuk berinvestasi dan punya kesempatan untuk meraih kemerdekaan finansial (easy life). 

Kalau kita bersikap boros (easy choice), maka kita mungkin akan menemui kesulitan finansial (hard life). 

Ternyata ada pilihan yang melawan hukum alam ini. Easy choice dan easy life. Pilihan mudah dan hidup yang mudah. Tidur itu pilihan mudah. Gratis. Tidak ada downside-nya. Manfaat dalam hidup ternyata luar biasa. 

Dalam bahasa trader saham, tidur ini risk-reward nya sangat menarik, tinggal diambil. Tidur itu pilihan mudah dan membawa kita kepada hidup yang indah. 

...Dengan cukup tidur (idealnya 8 jam sehari), kita menjadi jauh lebih sehat secara fisik. Juga secara mental, tidur adalah gerakan anti-Joker. 

Tidur adalah bentuk dari berserah (surrender) dan percaya (trust), dan persiapan untuk memulai siklus baru keesokan harinya. Tidur itu perlu dan tidur itu indah. Sudah layak dan sepantasnya cukup tidur menjadi bagian integral trader dan investor di pasar saham. 

Dengan cukup tidur dan meraih banyak manfaat yang telah dibicarakan di atas, daya analisa seorang trader atau investor saham akan semakin tajam. Bukankah salah satu keunggulan AI trading adalah karena mereka tidak pernah mengantuk-capek dan selalu tajam? Trader manusia akan lebih punya kesempatan untuk kompetitif jika selalu berada dalam keadaan tajam secara memori dan kreativitas. Dan kita belajar bahwa tidur adalah salah satu resep utama untuk kondisi tajam ini, baik untuk atlet maupun trader. 

Orang yang cukup tidur juga cenderung lebih bahagia dan jarang marah. Dan orang yang lebih berbahagia cenderung lebih beruntung, karena semua orang ingin dekat dengan manusia yang bahagia. Contohnya kita sendiri. Kalau kita punya ide beli saham, secara natural kita akan lebih suka membagikan ide ini kepada teman yang selalu bahagia, daripada ke teman yang selalu marah-marah.

Lagian kalau cukup tidur bermuara pada usia yang lebih panjang, berarti kesempatan untuk compounding investasi kita juga lebih panjang. 

Bill Bowerman, Martijn de Jong, Roger Federer, LeBron James, Usain Bolt, dan Phil Knight adalah contoh-contoh cerita bagaimana mereka dapat memanfaatkan kekuatan tidur untuk melahirkan prestasi dahsyat. Sebenarnya banyak contoh-contoh menarik di buku Why We Sleep yang luar biasa ini. Tapi sudah malam, sudah waktunya saya tidur. Bukankah ironis kalau saya sampai kurang tidur untuk menulis tentang manfaat tidur?

Written by Wuddy Warsono, CFA
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220