Jeda Yang Memberi Arti
04 July 2024
  1. Cobakamubacakalimatiniapakahterlihatenakuntukdibaca?
 
  1. Atau                kalimat                        ini                    apakah             nyaman                       untuk   dibaca?
 
  1. Sepertinya, kalimat ini yang paling ideal dan nyaman untuk dibaca, ya?

Dapatkah kamu menerka faktor apa yang membuat kalimat ketiga lebih nyaman dibaca dibandingkan kalimat pertama dan kedua? Ya, proporsi jeda yang ideal membuat kalimat biasa lebih bermakna. Ketiga kalimat tersebut sama-sama tidak memiliki kesalahan dalam segi tata Bahasa, namun kalimat pertama dan kedua terlihat tidak elok untuk dibaca. Sebuah jeda—dengan proporsi yang pas, akan memberi makna dan memberi kekuatan bagi pembaca.

Dalam sebuah eksistensi, sebuah jeda kerap diabaikan. Hal sepele yang sering tak dianggap orang, yang rupanya memberi makna mendalam. Dalam sebuah karya seni, warna yang terang mungkin menarik perhatian, tapi jeda antar warna yang membentuk gambar lah yang memberi makna. Pun dalam sebuah lagu, alunan musik terdengar indah karena terdapat jeda antar nota. Jika musik dimainkan tanpa jeda, musik hanyalah rentetan nada kusut tak bermakna. Jeda memberi makna, jeda juga memberi ruang. Tanpa adanya sebuah jeda, hidup ini seperti sebuah paragraf tanpa spasi. Meaning crumbles, beauty dissolves.

Dalam hidup yang serba cepat dan serba padat ini, sebuah jeda menjadi bermakna. Sehari-harinya, kita berkejaran dengan waktu; mengejar jam masuk kantor, mengejar deadline, mengejar tangga karir, hingga mengejar hal-hal lain yang menjadi target pribadi dalam hidup. Tiada yang salah dengan hidup berkejaran, namun hal itu cenderung menyebabkan kecemasan hingga masalah lainnya yang mungkin muncul. Pada akhirnya, kita seperti instrumen yang dimainkan tanpa henti. Melodi menjadi sumbang, harmoni pun hilang.

Dua bulan terakhir ini, kita dimanjakan dengan tiga kali akhir pekan yang panjang. Sebuah momentum untuk kita dapat beristirahat dan menghela napas cukup Panjang. Jeda—beberapa orang menyebutnya, memberi ruang untuk kita dapat kembali mengisi daya agar siap kembali menghadapi hari. Sebuah hari libur buatku lebih dari sebuah momen mengganti pemandangan. Sebuah hari libur menjadi jeda untukku dapat menarik nafas panjang dan meromantisasi hal kecil. Hari libur memberi waktu untuk menikmati eksistensi dalam senyap, jauh dari hiruk pikuk hari kerja. Di hari libur, aku dapat menikmati secangkir kopi dan menyeruput harum seduhannya. Sebuah hal yang tak pernah kita lakukan di hari biasa. Di hari libur, kita dapat menggeser ritme ke tempo yang lebih senyap dan berjalan dalam harmoni yang teduh. Bayangkan kita sedang memandang langit penuh Bintang, menjadi senyap diantara sibuknya Bintang yang berputar. Gelap malam menyelimuti, semilir angin membelai. Angkasa ini layaknya isi kepala kita—penuh dan sibuk. Dalam keheningan, rasa cemas melonggarkan genggaman. Dalam keheningan, beban terurai. Dalam keheningan, semangat baru kembali. Ketika kembali dari jeda yang cukup, kita membawa gaung keheningan. Kita seperti terlahir kembali, kita kembali memberi apresiasi pada hari. Kata-kata kembali siap untuk dirangkai.

Embrace the power of space—both on page and in life. Biarkan jeda menjadi suaka yang menampung beban hidup dan melepaskan yang menjadi tanggungan. Biarkan melodi terjalin kembali menjadi harmoni. Biarkan energi terisi untuk kembali berlari kencang—berpacu dengan waktu. Temukan kembali energimu dalam jeda yang memberi makna.
 
Written by Billiansyah Abdillah
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220