Be Present, Be Content
05 March 2024
I love social media … most of the time.

Sebuah hal yang luar biasa bahwa kita memiliki cara untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan orang-orang dari seluruh dunia.

Akan tetapi, selama setahun terakhir saya menggunakan media sosial lebih sering dari sebelumnya, hingga membawa saya ke situasi dimana saya menjadi “overwhelmed” dengan terlalu banyak nya informasi yang saya lihat.

Pikiran saya terasa penuh sesak, dan kecemasan terus muncul saat saya ketinggalan berita terbaru dari akun yang selalu saya ikuti kisahnya.

Pernahkah Anda merasa seperti itu? Saya yakin saya tidak sendiri.

Terlalu banyak pikiran, kurang istirahat, sulit fokus dan akhirnya menjadi kurang produktif? 

Jadi, saya memutuskan, jika saya ingin lepas dari segala kecemasan dan ketidakproduktifan itu, ada yang perlu berubah dalam hidup saya.

Saya berbicara dengan beberapa anggota keluarga tentang bagaimana perasaan saya. Salah satu dari mereka menyarankan untuk melakukan “puasa” dari semua media sosial selama sebulan, termasuk YouTube, Instagram, Facebook, dan Twitter, untuk belajar hidup dan menikmati hidup saya lebih lagi.

Jadi, di awal tahun kemarin, saya mulai membuat resolusi dan melakukan puasa media sosial selama sebulan. Saya agak ragu, tetapi saya tahu itu adalah hal yang harus saya lakukan. Jadi saya memutuskan bahwa selama puasa saya, fokus saya akan pada tiga hal ini:

1.         Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

2.         Fokus pada self & mental healing

3.         Memperkuat ikatan dengan orang-orang yang saya cintai

Hari sebelum saya memulai puasa, saya mulai merasa cemas. Pikiran untuk tidak bisa melihat apa yang orang-orang lakukan di media sosial membuat saya merasa aneh. Mungkin itu tanda bahwa sosial media betul-betul bisa membuat kecanduan.

Akhirnya, puasa dimulai. Pada beberapa hari pertama, saya bingung apa yang harus saya lakukan. Jika dulu mengisi waktu kosong, tenggelam dalam medsos, kini saya harus berhadapan dengan rasa bosan. Akhirnya, saya berusaha untuk menyibukkan diri sendiri dengan apapun yang bisa saya lakukan.

Ketika minggu pertama berlalu, mulailah saya menemukan diri saya mulai terbiasa untuk melakukan hal-hal lain untuk mengalihkan perhatian saya sampai saya benar-benar tidak menyadari bahwa saya kehilangan sesuatu.

Disitu saya berpikir bahwa saya melakukan hal yang benar dengan mengambil puasa ini.  Awalnya saya pikir saya akan merasa lebih rileks. Saya pikir saya akan mencoba untuk kembali merasakan kegembiraan saya. Saya tidak mengharapkan untuk belajar sesuatu yang benar-benar baru atau mendalam. Tetapi saya salah. Bahwa tidak hanya semua hal diatas saya dapatkan, tapi juga ada pelajaran besar yang saya peroleh:

Media sosial tidak hanya mengalihkan perhatian saya dari berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga mengalihkan perhatian saya dari diri saya sendiri.

Sebagai seorang ibu, kadang ketika selesai mengurus anak, atau saat anak tidur adalah waktu bagi saya untuk “me time”. Disitulah waktu saya untuk melihat media sosial. Namun, selama puasa, saya mulai mengubah cara saya menghabiskan waktu pribadi saya, apakah dengan bermenung, menulis buku harian atau membuka kembali buku-buku yang selama ini tidak selesai saya baca. Sesuatu yang sudah lama tidak saya lakukan. Secara perlahan, saya bisa menjadi lebih “present”, bahkan dengan diri saya sendiri. Perhatian saya kembali berangsur utuh, tidak lagi terbagi-bagi.

Pada dua minggu terakhir puasa saya, saya sangat menikmati hidup. Nyaman. Sangat nyaman. Saya banyak menghabiskan waktu dengan Tuhan, suami saya, putri saya, dan hanya waktu sendiri sambil merencanakan masa depan saya.

Selain itu, saya juga mendapatkan pelajaran lain bahwa meskipun hubungan bisa terbentuk di dunia maya dari layer ke layar, tetapi hubungan yang sesungguhnya sering terjadi secara tatap muka. Ini adalah sesuatu yang saya pikir kita semua tahu, tetapi penting untuk diingatkan.

Hal ini terutama penting bagi saya yang bekerja sebagai seorang equity sales, dimana koneksi yang terjadi antara saya dengan klien akan lebih “mengena” jika bertemu langsung secara tatap muka. Bisa duduk bercengkerama dalam satu ruang yang sama, menikmati koneksi sesungguhnya yang tidak bisa didapatkan jika sebatas bertukar pesan.

Saya masih punya media sosial sekarang, tetapi saya menyadari lebih dari sebelumnya betapa adiktifnya media sosial. Saya sadar betapa pentingnya untuk belajar menetapkan batasan. Saya memilih untuk menggunakan media sosial untuk terhubung dengan orang lain tetapi pada saat yang sama, tidak akan membiarkan hal itu mengganggu saya dari hal yang benar-benar penting.

Jadi, apakah saya merekomendasikan orang-orang untuk mencoba puasa media sosial? Untuk sebulan penuh? Mungkin. Yang jelas, saya merekomendasikan untuk secara teratur mengambil waktu sekali-sekali untuk menjauh dari media sosial, bahkan jika hanya akhir pekan. Saya sangat mendapat manfaat darinya, dan saya percaya Anda juga akan mendapat manfaat jika melakukannya. Selamat berpuasa!

Written by Karen Miranti
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220