Tujuh Belas Ribu Rupiah
26 October 2023
Kehidupan ini bagaikan siklus yang penuh misteri. Ada saat-saat ketika kita merasa bahagia dan gembira, tetapi ada juga saat-saat ketika kita merasa gagal dan sedih. Namun, yang terpenting adalah untuk tidak pernah menyerah.

Tidak menyerah bukan bicara hanya mindset, melainkan tindakan kita untuk tetap berusaha melakukan sesuatu yang menunjukan usaha terbaik kita.

...Di dalam injil umat Kristiani, ada sebuah kisah yang menceritakan saat Tuhan Yesus mengajar, Ia diikuti oleh sekitar 5000 orang, hingga hari mulai gelap, Tuhan Yesus meminta muridnya memberi semua orang itu makan karena sudah seharian mereka mengikutiNya. Semua murid Yesus tidak bagaimana menyediakan makanan sebanyak itu bagi 5000 orang. Namun datanglah seorang anak kecil memberikan bekal makanan nya berisi 5 roti dan 2 ekor ikan.

Tentu saja makanan itu tidak akan cukup untuk memberi makan orang sebanyak itu. Namun Yesus mengambil makanan tersebut dan mengucap syukur atasnya dan meminta murid-muridnya memberikan makanan tersebut kepada semua orang. Dan mujizat terjadi semua orang makan hingga kenyang. Bahkan ketikan murid-murid Yesus mengumpulkan sisa makanan nya, didapatilah sisa sebanyak 12 bakul.

Kita semua seringkali diposisi anak kecil tersebut, kita memiliki tujuan besar namun keterbatasan kita seringkali membuat kita percaya hal itu mustahil. Namun saat kita memberikan semua apa yang kita bisa, kondisi mungkin saja akan berubah.

Siapa yang menyangka Jack ma orang yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di China, pendiri Alibaba Group tersebut pernah melamar ke 30 perusahaan, namun tidak ada satupun perusahaan yang menerimanya.

Hidup Jack Ma yang penuh tantangan dan keterbatasan tidak membuat ia menerima nasibdan melupakan impiannya. Ia terus berjuang hingga menjadi ukuran kesuksesan bagi banyak orang di dunia bisnis hari ini.

Saya teringat dengan cerita teman saya yang cukup berkesan dalam memori saya. Dia memiliki seorang sepupuh bernama Diana.

Diana adalah seorang anak berusia delapan tahun yang ceria dan menggemaskan. Ketika dia mendengar ibu dan ayah-nya berbicara tentang adik laki-lakinya, Jonatan. Yang dia tahu bahwa Jonatan sedang sakit dan mereka benar-benar kehabisan uang. Mereka akan pindah ke komplek apartemen yang lebih kecil bulan depan karena ayah nya tidak punya uang untuk membayar tagihan dokter dan rumah mereka. Hanya operasi yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan Jonatan sekarang dan sepertinya tidak ada yang mau meminjamkan mereka uang. Diana mendengar Ayah-nya berkata kepada Ibu-nya yang menangis dengan suara putus asa, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Diana berjalan ke kamar tidurnya dan menarik toples kaca dari tempat persembunyiannya di dalam lemari. Dia menuangkan semua uang receh ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati, tiga kali berturut-turut. Jumlahnya harus benar-benar tepat. Dengan hati-hati, dia memasukkan kembali uang recehan itu ke dalam toples dan memutar tutupnya.

Kemudian, dia menyelinap keluar dari pintu belakang dan berjalan sejauh enam blok ke apotik. Dia menunggu dengan sabar apoteker itu, tetapi apoteker itu terlalu sibuk berbicara dengan seseorang. Diana menggerakkan kakinya untuk membuat suara gesekan, tetapi apoteker itu tidak memperhatikan. Kemudian, dia berdehem dengan suara agak keras, tetapi apoteker itu masih tidak memperhatikan.

Akhirnya dia mengambil toplesnya dan membantingnya di meja kaca.

"Apa yang kau inginkan?" tanya apoteker dengan nada kesal. "Aku sedang berbicara dengan saudaraku dari Bandung yang yang baru saja tiba hari ini," katanya tanpa menunggu jawaban atas pertanyaan Diana.

"Yah, aku ingin berbicara denganmu tentang saudaraku," jawab Diana dengan nada kesal yang sama. "Dia benar-benar sakit parah... dan aku ingin membeli keajaiban."

"Aku mohon maaf?" kata apoteker.

"Namanya Jonatan dan ada sesuatu yang buruk tumbuh di dalam kepalanya dan Ayahku berkata hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang. Jadi, berapa harga keajaiban?"

"Kami tidak menjual keajaiban di sini, gadis kecil. Aku minta maaf tapi aku tidak bisa membantumu," kata apoteker, sedikit melunak.

"Dengarkan, aku punya uang untuk membayarnya. Jika itu tidak cukup, aku akan mendapatkan sisanya. Katakan saja berapa biayanya."

Saudara apoteker itu adalah seorang pria berpakaian rapi. Dia membungkuk dan bertanya kepada gadis kecil itu, "Keajaiban macam apa yang dibutuhkan saudaramu?"

"Aku tidak tahu," jawab Diana dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya tahu dia benar-benar sakit dan Ibu berkata dia perlu dioperasi. Tapi Ayahku tidak bisa membayarnya, jadi aku ingin menggunakan uangku."

"Berapa banyak uang yang kamu punya?" tanya pria itu.

"Tujuh belas ribu Rupiah," jawab Diana dengan suara pelan sekali. "Dan itu semua uang yang aku punya, tapi aku bisa mendapatkan lebih banyak jika perlu."

"Wah, kebetulan sekali," pria itu tersenyum. "Tujuh belas ribu Rupiah adalah harga pas untuk keajaiban bagi adik laki-laki." Dia mengambil uang Diana di satu tangan dan dengan tangan lainnya dia menggenggam tangan Diana dan berkata, "Bawa aku ke tempat tinggalmu. Aku ingin melihat saudaramu dan bertemu orang tuamu. Mari kita lihat apakah aku punya keajaiban yang kamu butuhkan."

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Billy, seorang ahli bedah spesialis bedah saraf. Operasi itu diselesaikan tanpa biaya dan tidak lama kemudian Jonatan pulih dengan baik dari waktu ke waktu. Ibu dan Ayah dengan rasa gembira dan heran menatap Diana yang menemani adiknya di kamar rumah sakit tersebut.

"Operasi itu," bisik Ibunya. "benar-benar keajaiban. Aku bertanya-tanya berapa biayanya?" kepada Dr Billy yang menangani Jonatan.

Dr. Billy tersenyum. Dia berkata harga keajaiban itu... tujuh belas ribu Rupiah ... ditambah iman seorang anak kecil.

Written by Hendry Wijaya
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220