The Importance of Psychology Safety in the Workplace
10 April 2023
...Mungkin kata culture in the workplace sering terdengar, tapi apakah kamu pernah mendengar kata Psychology Safety in the workplace? Psychology Safety atau keamanan psikologis sering disalahpahami dan dilupakan di tempat kerja. Apakah kamu tahu ketika para pemimpin menciptakan tempat kerja yang aman secara psikologis, karyawan akan lebih terlibat dan lebih memungkinkan untuk menciptakan ide-ide cemerlang bagi perusahaannya?

Dulu di Amerika Serikat, saya pernah mendapat pekerjaan magang sebagai kordinator sosial media untuk suatu perusahaan. Saat saya mulai sharing postingan ke channel Instagram perusahaan, salah satu coworker saya sering melontarkan komentar sarkastik. Dia mengomentari detail kecil, mulai dari pilihan kata hingga pilihan gambar.

Kritik mereka yang terus-menerus membuat saya merasa cemas dan sadar diri tentang pekerjaan saya. Saya mulai mempertanyakan apakah saya melakukan pekerjaan dengan baik. Saya menebak-nebak setiap posting, mencoba mengantisipasi setiap kemungkinan kritik dan memastikan semuanya sempurna. Saya merasa kecil karena takut salah ketik atau menghadapi lebih banyak komentar sinis.

Ketika kritik-kritik kecil ini terkumpul, saya semakin merasa bahwa saya tidak dapat mengambil risiko atau menjadi kreatif dalam pekerjaan saya. Saya sangat takut dikritik atau dihakimi sehingga saya mulai bermain aman, membuat posting yang hambar dan tidak menginspirasi yang tidak akan menarik perhatian atau mengundang kritik. Semakin keamanan psikologis saya terkikis, semakin saya merasa pekerjaan saya tidak maksimal.

Psychology safety adalah perasaan mampu untuk berbicara, mengambil risiko, dan membuat kesalahan tanpa takut konsekuensi negatif. Istilah Pyschology safety pertama kali disebut oleh Amy Edmondson, seorang profesor di Harvard Business School. Dia menggambarkan Psychology safety sebagai "keyakinan bersama yang dipercaya oleh anggota tim bahwa tim tersebut aman untuk pengambilan risiko antar pribadi."

Pada tahun 1999, saat Edmonson mempelajari tingkat kesalahan yang dilakukan oleh tim medis, dia menemukan bahwa tim medis yang melakukan lebih banyak kesalahan tampil lebih baik daripada tim yang melakukan lebih sedikit kesalahan, atau setidaknya begitulah yang terlihat pada awalnya. Sebaliknya, tim yang memiliki budaya mengakui kesalahan secara terbuka yang memiliki hasil yang lebih baik. Tim lain juga membuat kesalahan, tapi perbedaannya mereka berusaha menyembunyikannya.

Simon Sinek juga menulis tentang keamanan psikologis di tempat kerja dalam bukunya tahun 2014 yang berjudul “Leaders Eat Last.” Buku ini terinspirasi dari kehidupan organisasi militer, di mana para pemimpin benar-benar mempertaruhkan nyawa mereka demi prajuritnya. Dia menulis bahwa kepemimpinan yang hebat adalah tentang membuat bawahan merasa aman sehingga mereka dapat fokus pada pekerjaannya tanpa mengkhawatirkan kelangsungan hidup mereka sendiri.

Psychology safety bukan hanya sesuatu yang bagus untuk dimiliki, tapi sesuatu yang penting dimiliki untuk perusahaan dalam beroperasi secara efisien dan efektif. Tanpa hal ini karyawan tidak akan mempercayai atasan, dan seluruh bisnis bisa menjadi lumpuh. Julian Lute, manajer senior dan penasihat strategis di Great Place to Work pernah mengatakan “Jika kamu melihat dari perspektif bisnis, ketika orang merasa aman secara psikologis dalam organisasi, dapat berbagi ide, pertanyaan, menunjuk kan kekhawatiran, perusahaan akan menjadi lebih gesit untuk maju”.

Julian Lute melakukan penelitian tentang keamanan psikologis bahwa ketika orang mempertanyakan setiap gerakan mereka, ketika orang tidak yakin apakah mereka harus mengajukan pertanyaan, semua inisiatif dan program yang diluncurkan akan menjadi sangat lambat. Kurangnya psychology safety dalam pekerjaan dapat menggagalkan proyek, proses, dan prosedur baru. Tanpa keamanan psikologis karyawan takut dikritik jika mereka tidak bisa mengikuti tempo, dan merasa useless karena selalu ada inisiatif baru yang "lebih baik".

Tetapi disaat perusahaan mampu menciptakan keamanan psikologis lebih dari sekadar mendorong orang untuk angkat bicara tapi juga mencakup bagaimana perusahaan menghargai keseimbangan kerja/hidup.

“Kepemimpinan yang hebat adalah tentang membuat karyawan merasa aman sehingga mereka dapat fokus pada pekerjaan tanpa rasa takut akan kelangsungan hidup mereka sendiri.”

Julian berkata Psychology Safety dapat membuat karyawan menjadi the best version of themselves. Hal Ini dapat membuat mereka untuk tampil dengan cara yang lebih otentik, dan dapat merasakan bahwa perusahaan benar-benar peduli akan mereka. Karyawan bukan hanya roda penggerak dalam mesin, tapi membuat mereka peduli dengan kesuksesan jangka panjang Anda. Kemudian manfaat yang didapat perusahaan adalah karyawan benar-benar peduli dengan kesuksesan organisasi.”

Julian mengatakan ada beberapa tanda yang bisa diwaspadai saat tempat kerja kurang aman secara piskologis. Proyek memakan waktu terlalu lama untuk diluncurkan. Ketika keamanan psikologis rendah, daripada meminta bantuan atau klarifikasi, karyawan lebih suka diam dan menjadi prajurit dalam ketidakpastian. Orang tidak bertanya atau berbagi ide, rumor merajalela, dan adanya ketidakhadiran yang tinggi karena Karyawan dapat mengambil cuti yang tidak direncanakan atau mengaku sakit untuk menghindari atasan yang mengatur mikro, agresi mikro di tempat kerja atau tekanan yang kuat pada pekerjaan. Kurangnya keamanan psikologis dapat menciptakan budaya disengagement, di mana karyawan tidak termotivasi untuk datang bekerja, sehingga meningkatkan ketidakhadiran.

Dr. Timothy Clark mengidentifikasi empat tahap menuju Psychology Safety:

·       Inclusion Safety: kamu diterima di organisasi sebagai your true self.

·       Learner Safety: Kamu merasa aman untuk bertanya dan membuat kesalahan saat belajar.

·       Contributor Safety: Kamu didorong untuk sharing ide tanpa takut adanya pukulan balik.

·       Challenger Safety: Kamu merasa aman mempertanyakan status quo, mengemukakan kekhawatiran, dan memberikan pendapat yang berbeda tanpa rasa takut akan konsekuensi negatif.

Jadi inilah beberapa contoh, dan solusi yang bisa kita perhatikan dan praktekan dalam menciptakan lingkungan yang suportif secara psikologis dan sehat bagi semuanya untuk dapat bekerja dan berkreasi dengan semaksimal mungkin. Happy employees are your best brand ambassadors.

Source: Great Place to Work, Forbes, Leaders eat Lasts.

Written by Zedekiah Joe
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220