Memahami Circle of Competence
02 February 2023
...
Mari kita memahaminya dengan sebuah perumpamaan. Si A adalah seorang pengusaha makanan cepat saji. Ia merasa perlu mempelajari dan memahami kegiatan usaha seperti sewa-menyewa properti, pembelian bahan baku, rekrutmen, pelayanan ke konsumen, hingga hal-hal kecil lainnya yang lebih spesifik dan teknis. Setelah seluruhnya telah dilakukan, si A berupaya untuk meningkatkan penjualannya dan menciptakan keuntungan yang lebih efisien. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata bisnisnya sangat sukses dan menghasilkan keuntungan yang fantastis. Tentunya, ini karena si A sangat memahami dan mengetahui strategi dalam membangun, menjalankan dan mengelola dengan matang, sehingga menghasilkan keuntungan yang tinggi. Lalu, bagaimanakah dengan tipe restoran yang berbeda, seperti restoran kelas atas yang membutuhkan properti yang lebih mahal, bahan baku yang lebih banyak, serta pelayan dan koki yang lebih profesional? Mungkin dia akan kesulitan pada permulaannya, namun dia paham betul bagaimana untuk membangun restoran dari dasar, sehingga tidak sulit baginya untuk dijalani dan tentunya membutuhkan waktu lebih lama.

Beda halnya jika seandainya dia ditawari peluang untuk membangun suatu perusahaan di bidang lainnya, seperti di bidang elektronik, pastinya dia akan kebingungan karena dia belum memahami industri elektronik lebih mendalam. Sehingga, dia pun akan melakukan kerjasama dengan pengusaha yang telah lama bergerak di bidang elektronik (sebut saja Si B) apabila dia memang menginginkan ekspansi ke bidang usaha yang berbeda. Sebaliknya juga, besar kemungkinan Si B akan kesulitan apabila ditawari peluang di bidang makanan. Melalui skenario singkat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Si A dan Si B sama-sama pengusaha, namun masing-masing memiliki keahlian di bidang yang berbeda. Hal ini yang dapat membedakan satu pengusaha dengan yang lainnya, karena setiap dari mereka kompeten dalam lingkaran subjeknya sendiri. Hal ini yang biasa lebih dikenal sebagai suatu konsep, yaitu Circle of

Competence atau lingkaran kompetensi. Tidak hanya di dunia usaha, konsep ini juga diterapkan di kehidupan sehari-hari, termasuk investasi.

...
Konsep Circle of Competence pertama kali dikenalkan oleh Warren Buffet yang bertujuan mendorong kita untuk berfokus pada sesuatu yang kita tahu, pahami, dan kuasai betul dari dalam maupun luarnya. Hal tersebut menjadi nilai tambah bagi investor dalam berinvestasi serta membedakan diri dari investor lainnya. Begitu banyak hal-hal yang kita pikir kita ketahui dalam berinvestasi, namun ternyata hanya sedikit dari bagian tersebut yang sebenarnya betul-betul kita pahami. Dalam berinvestasi, ini menjadi sangat penting bagi investor dalam memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan atau kelas aset tertentu.

Konsep vital ini dikemukakan oleh Shareholder Letter Berkshire Hathaway pada tahun 1996. Menurut Warren Buffett, yang sebenarnya dibutuhkan oleh investor adalah kemampuan dalam menilai suatu bisnis. Buffett menggaris bawahi kata ‘menilai’, karena investor tidak perlu menilai seluruh jenis perusahaan di berbagai sektor dan jumlah perusahaan yang dinilai juga tidak harus banyak. Investor hanya perlu untuk membangun suatu konsep dan menilai bisnis yang di dalam lingkaran kompetensinya, alias sesuatu yang dia ketahui betul. Penting bagi masing-masing investor untuk mengetahui seberapa batasan dari lingkarannya.

Apa maksudnya untuk mengetahui batasan daripada lingkaran masing-masing? Warren Buffett dengan sederhana menjelaskan bahwa masing-masing dari kita memiliki lingkaran kompetensi, dan investor dapat memanfaatkan peluang tersebut. Pada suatu waktu, Buffet menginvestasikan uangnya kepada perusahaan furniture. Uniknya, Buffett mengetahui bahwa pengusaha furniture tersebut tidak mengerti mengenai investasi dan saham, namun dia mengetahui bahwa pengusaha ini paham betul dan kompeten dalam menjalankan usahanya.

Dia menambahkan, walaupun sang pengusaha tersebut memiliki uang yang banyak, dia akan memutar uangnya untuk membeli persediaan furnitur karena dia mengerti mengenai furniture, dan dia tidak akan membeli saham perusahaan bagus yang harganya sangat murah. Mengapa? Alasannya sangatlah sederhana, karena pengusaha tersebut melihat adanya peluang dapat dimanfaatkan pada operasional perusahaan furniture-nya melalui dana investasi yang diterima dari Buffett. Walaupun bagi kita sebagai investor perusahaan bagus dengan harga murah juga menjadi peluang, namun pengusaha tersebut hanya berfokus pada hal yang bisa dimaksimalkan.

Konsep dari lingkaran kompetensi perlu ditelaah lebih lanjut. Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa ada dua lingkaran, yaitu lingkaran yang besar dan lingkaran yang kecil di dalamnya. Konsep lingkaran kompetensi mengajak kita untuk berfokus pada area di lingkaran kecil, yaitu hal-hal atau area yang kita kuasai. Ternyata, ini bisa menjadi pisau bermata dua. Mengapa? Karena secara tidak langsung kita bisa saja menutup pikiran dan hanya berfokus pada hal yang kita ketahui saja. Sementara kita juga perlu bersikap terbuka untuk hal-hal lain yang belum kita ketahui. Ini merupakan hal yang wajar bagi kita sebagai manusia untuk mendorong diri keluar dari lingkaran kompetensi kita guna memperluas pengetahuan. Kuncinya adalah untuk tidak berpuas diri atas sesuatu yang kita kuasai.

Sebagai investor memiliki latar belakang, gairah, dan minat yang berbeda, dan lingkaran kompetensi, ini penting untuk kita ketahui dan juga dapat menjadi modal penting dalam berinvestasi. Mengapa? Kita dapat berfokus investasi pada kelas aset atau perusahaan yang kita pahami, seperti Warren Buffet dan Charlie Munger yang membangun Berkshire Hathaway dengan berinvestasi pada perusahaan yang mereka pahami, sehingga mereka ‘percaya diri’ dengan investasi mereka.

Saya mengutip satu kalimat penting yang diungkapkan oleh Charlie Munger: “The whole trick of the game is to have a few times when you know something is better than average, and invest only where you have that extra knowledge. If that gets you a few opportunities, that’s enough.” Dengan konsep ini, investor dapat menghindari kerugian dan meminimalisir risiko karena kita berfokus pada investasi yang kita pahami, walaupun investasi tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama dan faktor-faktor mendasar lainnya.

You have to learn the rules of the game. And then you have to play better than anyone else.

- Albert Einstein

Disclaimer: Analisis dan informasi yang terkandung dalam artikel ini mengandung opini yang bersifat subjektif. Keputusan dan hasil dari investasi merupakan risiko dan tanggung jawab dari masing-masing investor.

Written by Vincent
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220