Autumn Memories
04 November 2022
Di saat kalender sudah berada di bulan Oktober, saya selalu teringat akan sesuatu: Di China sudah masuk musim gugur. Ini adalah salah satu hal yang paling saya rindukan dari menghabiskan 1/4 hidup saya disana. Musim gugur identik dengan suhu yang sejuk, angin sepoi-sepoi manja, dan tentu saja daun berguguran dimana-mana.

...Yang sedikit berbeda dari musim gugur kali ini, adalah adanya kongres 5 tahunan dari partai komunis China.

 Ini adalah event akbar yang dinantikan banyak orang, bukan hanya karena menjadi saksi sejarah amandemen konstitusi yang membuat President Xi bisa menjabat seumur hidup (konstitusi lama China membatasi seorang presiden hanya bisa menjabat 2 periode), tetapi juga akan memberikan gambaran tentang plan and strategy China kedepannya.

Banyak sekali yang terjadi di minggu kongres partai tersebut, mulai dari speech super lama dari Xi, drama 'pengusiran' mantan presiden, hingga terpilihnya China's second most powerful man, Li Qiang 李强.

By the way, saya telah membuat recap dari event tersebut di report ini: https://bit.ly/onchina_wenzhou

Yang lucu, bagi saya, adalah fakta bahwa tidak ada orang yang memperhatikan satu fakta keren dari Li Qiang. Dia adalah orang Wenzhou.

Ngomong-ngomong soal Wenzhou, saya pernah menginjakkan kaki disana berpuluh-puluh purnama yang lalu.

Bagi saya, ada 3 hal yang unik dan tidak terlupakan dari Wenzhou:

1.     Perjalanan menggunakan kereta cepat dari kota Ningbo ke Wenzhou mempunyai pemandangan bak film kungfu, karena hampir seluruh perjalanan di isi oleh lembah, bukit, dan pegunungan. Kota Wenzhou sendiri, merupakan kota dengan sungai dan kanal air terbanyak yang pernah saya kunjungi.

......2.     Saya benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan oleh penduduk asli Wenzhou.  Bahasa daerah disana, Wenzhounese, dijuluki sebagai bahasa daerah paling susah seantero China. Jauh lebih susah dipahami daripada logat orang China utara (儿化音) yang seperti berbicara sambil menggosok gigi. Begitu brutal-nya bahasa daerah ini, teman rombongan satu tour kami yang asli Chinese Mainland juga sering gagal paham.


Mereka bahkan punya sebutan untuk hal ini: 天不怕,地不怕,就怕温州人说温州话.  Kurang lebih artinya: "Fear not the Heavens, fear not the Earth, but fear the Wenzhou person speaking Wenzhounese".

...3.     Kemanapun saya pergi di kota ini, mau di downtown, daerah agak pinggir, hingga di bawah jembatan, semuanya tempat komersial. Aura utama kota ini adalah vibrant business activities! Yang membuat saya kaget adalah kota Wenzhou yang kecil ini mempunyai feeling mirip Guangzhou, ibukota provinsi Guangdong yang terkenal sebagai provinsi terbesar di China untuk urusan nominal GDP.

Setelah ngobrol dengan tour guide, barulah saya tahu bahwa Wenzhou sangat terkenal sebagai kota pertama yang dengan diam-diam menerapkan reformasi ekonomi dengan approach di commodity economy, industri kecil-kecilan, dan specialized market, bertahun-tahun sebelum reformasi ekonomi China dimulai oleh Deng Xiao Ping. Penduduk kota ini paham betul pentingnya kontribusi private enterprises dan supporting enterpreneurship dalam membangun ekonomi.

Kota ini sering disebut sebagai The Capital of China's Capitalism.

Laju ekonomi kota ini, hingga sekarang sering dijadikan bahasan dalam ilmu ekonomi, namanya Wenzhou Model.

...Dan yang tidak kalah menarik, kota ini juga terkenal dengan underground financial scheme, atau pasar finansial gelapnya. Karena di awal reformasi ekonomi kota ini belum ada bank maupun institusi finansial lainnya, kegiatan ekonomi di support oleh kegiatan pinjam meminjam bawah tanah. Kota ini terisolasi pegunungan dan jauh dari central power, sehingga pengawasan pemerintah saat itu cukup minim dan susah.

China modern, rupanya telah melakukan banyak upaya untuk memutus rantai finansial bawah tanah ini. Pertumbuhan kredit atau loan growth di Wenzhou naik sebesar 16% yoy di tahun 2021, jauh di atas average kota lain yang di angka 11-12%.

Hingga hari ini, Wenzhou terkenal sebagai kota yang melahirkan banyak pebisnis dan pengusaha sukses. Teddy Wang (founder dari Chinachem Group), Jensen Huang (CEO dari Nvidia) dan Jason Chang (founder of ASE Group, penyedia layanan semiconductor manufacturing services terbesar di dunia) merupakan orang keturunan Wezhou.

Kembali ke laptop Li Qiang.

...Sebagai seorang asli Wenzhou, saya percaya Li Qiang sangat sadar betapa pentingnya kontribusi dari private enterprises terhadap ekonomi. Saat reformasi Wenzhou terjadi, Li Qiang masih berumur belasan tahun, saya yakin sekali diam-diam dia juga bagian dari pergerakan itu.

Hal ini membuat saya yakin, bahwa stance Li Qiang sebagai politikus yang sangat supportive terhadap bisnis dan ekonomi akan terus berlanjut -meski sempat tercoreng oleh lockdown besar-besaran di Shanghai awal tahun ini- dan China siap lepas landas kembali (For the uninformed, this will benefit Indonesia in many ways).

Banyak media, terutama media barat, teguh berpendapat bahwa China akan semakin suram karena persistensi di strategi 'zero COVID policy' serta tendensi untuk 'memukul' private enterprise mereka. while we reckon thats the reality of the past 2 years, banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa the pivoting point is near. Let me show you:

1.     The most obvious one (yet no one seems to notice this), President Xi sudah tidak memakai masker saat kongres partai bulan lalu. Minggu depan juga ada lomba lari maraton di Beijing, dengan puluhan ribu peserta yang tidak diwajibkan memakai masker.

2.     President Xi menekankan bahwa China akan menyediakan lingkungan yang mendukung bagi private enterprises. The key here is private, not SOE. (somehow all western media seems to forget he emphasized on this?)

3.     Pengajuan visa untuk foreigners' yang ingin ke China sudah jauh lebih gampang. Sejak Juni kemarin, kita sudah tidak perlu melampirkan Invitation Letter untuk proses pembuatan visa. Ini adalah relaksasi pertama sejak awal pandemi di 2020 lalu.

4.     Circuit-breaker untuk international flight sudah cukup longgar. Beberapa bulan lalu, jika ada incoming international flight yang terdeteksi ada pasien positif covid lebih dari 5 orang, jalur penerbangan tersebut akan di suspend 2 minggu. Melalui beberapa perubahan, sekarang sisa 5 hari suspend jika lebih dari 4% penumpang yang positif.

5.     Semakin banyak international flight ke China. Tahun lalu, tiket untuk 'p' -bukan 'pp'- dari Jakarta – Guangzhou bisa lebih dari 60 juta/orang. Teman saya dari Los Angeles mau balik Guangzhou untuk imlekan sampai batal pergi karena tiketnya mencapai 200 juta rupiah. Sinting. Sekarang sudah berubah, harga sudah turun jauh, rute semakin banyak, sudah bisa pakai non-direct flight pula.

6.     Durasi karantina untuk penerbangan internasional turun dari 14 menjadi 7 hari. Dan sudah bersifat nation-wide. Dulu di saat-saat paling gilanya, karantina bisa mencapai 28 hari di hotel + 28 hari di rumah.

7.     Yang terbaru, baru saja minggu lalu National Development and Reform Commission (发改委, badan yang merumuskan peraturan di level pusat) menelurkan peraturan baru yang fokusnya adalah menggalakkan foreign direct investment melalui selusin lebih supportive policy. Mulai dari tax cut untuk foreign invested private enterprises, dukungan untuk memperoleh dana melalui IPO di pasar modal China, hingga relaksasi agar family member dari pekerja asing bisa mendapatkan visa tinggal.

Sepertinya tujuh contoh diatas sudah cukup to prove my point.

Saya termasuk a big supporter of this strategy from China, bukan karena saya sebal melihat banyak penggiringan opini terutama oleh media barat.

Saya hanya ingin jalan-jalan kesana di musim gugur tahun depan. Duduk di pinggir danau, sambil menikmati angin sepoi manja dan melihat daun berguguran.

Written by Paulus Jimmy
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220