Bahagia Itu Tidak Mahal ?
13 September 2022
...Namaku BS. Full name tidak bisa aku disclose karena aku malas meladeni penggemar.

Aku engga punya gelar akademis yang fancy fancy. S1 pun engga selesai. Karena sibuk cari duit waktu era kuliah.

Kalau kalian liat aku pake gelar TM di belakang nama aku, itu semata julukan teman-teman aku. TM bukan gelar akademis, melainkan singkatan dari Tajir Melintir. Ada-ada saja memang.

Aku engga paham kenapa teman-teman aku suka mengukur segalanya dengan harta. Seolah harta itu segalanya.

Pandangan harta itu segalanya adalah pandangan ekstrim. Yang musti digusur. Minimal digeser.

Tapi don’t get me wrong. Pandangan harta itu sama sekali engga penting juga sama ekstrimnya. Pandangan yang juga kudu digusur. Minimal digeser.

Pagi ini aku jalan kaki di alam nan indah. Temanku bilang “Mas BS TM, ternyata kebahagiaan itu tidaklah mahal ya harganya. Kebahagiaan itu sederhana saja dan bisa diraih siapapun.”

Aku menghela nafas mendengar komentar teman aku yang satu ini. Dari jaman kuliah sampai sekarang kok masih saja suka sok sosialis. Mungkin supaya dipandang intelek. Dan humanis. Seolah humanisme itu paham yang tertinggi derajatnya.

Padahal sudah beberapa kali aku sampaikan ke teman yang satu ini. Bahwa perang dunia dan kekacauan besar di abad 20 dimulai dari dua paham humanis. Paham Nazi dan komunis itu humanis bukan? Kita semua tahu tragedi yang diakibatkan dua paham ini.

Tapi pagi tadi malas aku bahas soal ini lagi. Karena dia akan berteori berjam-jam menjelaskan pandangan hidup. Padahal pasar saham akan buka beberapa jam lagi.

Jadi aku to the point saja. Aku bilang begini:

“Kebahagiaan itu memang tidak mahal. Benar itu”

Muka teman sok sosialis pun bercampur antara heran dan senang.

Lantas aku teruskan:

“Kebahagiaan itu tidak mahal. Tapi juga tidak murah, apalagi gratis. Kebahagiaan itu MAHAL SEKALI.”

Teman aku mulai bingung. Jadi aku coba jelaskan:

“Kita bisa hadir di sini dan berfokus pada saat ini, bukankah karena kita tidak usah takut akan masa depan dan karena kita sanggup mengubur masa lalu kita yang sulit?Karena kita telah membangun cukup passive income?

Tabungan itu adalah gap antara penghasilan dan ego. Kita bisa menabung karena kita sanggup menekan ego kita bukan? Dan kita bisa berinvestasi karena kita bisa menabung bukan?

Apakah menekan ego dan belajar berdisiplin menabung dan berinvestasi itu mudah? Atau murah?

Menurut saya kok mahal, mahal sekali. Jadi kebahagiaan itu tidak murah. Melainkan mahal sekali.”

Teman aku berusaha membantah. Tapi perdebatan segera kita akhiri. Karena pasar saham akan segera buka. Aku dan teman pun segera mengganti topik dengan “beli saham apa pagi ini?”

Sejatinya, pasar saham adalah pemersatu bangsa yang sebenarnya. Kapitalis dengan gelar TM seperti aku dan kapitalis dengan topeng sosialis ala teman aku, bisa segera melupakan perbedaan yang ada di pagi yang indah ini.

Written by BS TM
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220