LKH dan Bukan Kamus Biasa
16 May 2022
Market sedang koreksi tajam dan badai mungkin belum akan segera berlalu. Ini karena kakak kandung inflasi, yaitu stagflasi dalam skala global, sedang mencoba menghampiri.

Kalau inflasi atau kenaikan harga saja sudah cukup bikin sakit kepala, apalagi stagflasi, saudaranya yang bisa bikin investor TBL (Takut Banget Loh).

Soalnya dalam skenario stagflasi global, duit makin tidak berharga dan harga-harga naik. Tapi yang menyebalkan, dengan stagflasi duit bukan hanya nilainya turun, tapi juga anehnya makin sulit dicari. Karena pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Saking bikin TBL-nya, ekonom yang berani memprediksi stagflasi sebelum skenario ini menjadi konsensus akan menghadapi banyak cemooh dan tentangan dari pelaku pasar. Tidak mengherankan, sudah lebih dari satu dekade kita tidak mendengar prediksi stagflasi ini.

Sulit membayangkan pasar saham yang bergairah dalam skenario stagflasi. Bagaimana mau beli saham kalau biaya hidup naik dan cari duit susah. Tingkat pengangguran juga tinggi di era stagflasi. Keuntungan emiten pun menurun. Dunia terasa suram. 

Cita-cita menjadi Lo Kheng Hong (LKH) pun mulai pupus. Padahal baru baca buku terbaru karya sahabat saya, Lukas Setia Atmaja tentang Lo Kheng Hong, biografi orang miskin yang menjadi triliuner di Bursa Efek Indonesia. Pas sekali buku ini hadir di tengah bad


...Buku kisah LKH ini memberi kesan yang mendalam. Termasuk dalam hal melalui cuaca buruk di pasar saham, seperti sekarang. Filosofi dan strategi investasi ala LKH itu sederhana. Tapi sederhana tidak sama dengan mudah. Prinsipnya memang sederhana, namun menjalankannya perlu ritual kebiasaan dan kekuatan mental yang luar biasa.

Dari mana asal kekuatan mental LKH yang begitu dahsyat? Apa ritual kebiasaan seorang LKH?

Bagi saya, bagian yang paling berkesan di buku LKH adalah foto ketika sang investor legendaris Indonesia ini sedang membaca di ruangannya yang penuh buku dan kliping data dan surat kabar. Bukan ruangan khas stock trader yang dipenuhi monitor-monitor yang menampilkan harga saham. Super anti-mainstream.

Kunci keberhasilan LKH adalah kebiasaan membaca, berpikir, dan berinvestasi. Membaca akan menambah pengetahuan, sedangkan berpikir dan berinvestasi akan meningkatkan keterampilan berinvestasi yang jika dilakukan terus-menerus akhirnya membuat investor meraih kebijaksanaan.

LKH bilang bahwa dalam buku ada rumah emas. Artinya dalam buku ada pengetahuan, dan pengetahuan dekat dengan kepintaran, dan akhirnya orang pintar dekat dengan kekayaan. Berpikir dan membaca ternyata adalah kunci sukses LKH. Rajin membaca dan belajar juga kunci sukses idola LKH, siapa lagi kalau bukan Warren Buffett, legenda pasar saham dari perusahaan investasi ternama Berkshire Hathaway.

Bicara soal buku, juga kebiasaan belajar dan membaca, ada satu buku lagi yang ingin saya sebut di sini. Yaitu buku Bukan Kamus Biasa, buah karya Klub Penulis Sucor.

...Bukan Kamus Biasa ini unik dan suka menggelitik. Mencoba untuk menerjemahkan bahasa finance yang rumit ke dalam bahasa keseharian yang lebih mudah dicerna otak. Karena dunia finance itu memang unik, makin rumit dianggap makin canggih. Entah kenapa. Bukan Kamus Biasa mencoba untuk melawan arus, dan berangkat dari kepercayaan bahwa belajar bukan berarti harus sulit dan membosankan.

Banyak penjelasan pragmatis dan menghibur tentang investasi dan pasar saham di Bukan Kamus Biasa.

Soal Berkshire Hathaway, misalnya. Di halaman 59 dari buku setebal 221 halaman ini, dijelaskan bahwa Berkshire Hathaway adalah perusahaan investasi berbasis di Omaha-Nebraska yang dipimpin duo investor legendaris Warren Buffett dan Charlie Munger. Lantas ada tambahan keterangan dalam bahasa witty: “Alasan klasik Fund Manager kalau ditanya kenapa ketinggalan rally growth stock, “Berkshire juga nggak beli kok!”

Jujur saya sendiri terlibat langsung dengan ide dan penulisan buku Bukan Kamus Biasa ini. Tapi bukan itu sebabnya saya sebut BKB dalam tulisan kali ini.

Yang lebih menarik buat saya adalah filosofi bahwa investasi itu bagaikan sebuah dansa antara sesuatu yang paling kita inginkan dengan sesuatu yang paling kita takuti. Antara kemerdekaan finansial dengan risiko yang kita hadapi. Tugas insan pasar modal adalah menghadirkan musik indah yang bisa menemani dansa para investor di pasar modal.

Musik itu harus tetap hadir, pun ketika ancaman stagflasi menghadang dan siap membantai mimpi untuk jadi LKH. Karena dengan pemikiran yang mendalam (deep thinking), membaca dan berpikir, saya percaya kita akan tetap bisa menemukan saham-saham bagus. Itulah hebatnya pasar saham, selalu saja ada saham yang tepat untuk cuaca apapun.

Kembali ke Bukan Kamus Biasa, satu lagi alasan yang menggugah saya untuk menulis tentang buku ini adalah sharing pengalaman para penulisnya, yang dikemukakan di acara Clubhouse Investor Saham Bahagia, antara lain sebagai berikut:

“Ide pembuatan buku ini salah satunya berangkat dari Cuan Troopers yang setia mengikuti IG live kami, tapi masih belum paham, istilah-istilah dalam investasi, terlebih investor retail.”

“Konsep Bukan Kamus Biasa ini juga dibuat sangat ringan, dan gak bikin Cuan Troopers njilemet ketika mencari arti dari suatu istilah. Karena biasanya istilah saham makin dipelajari malah makin bikin kita bingung. Makanya buku ini dibuat nyeleneh, witty, tapi  tidak mengurangi arti dari istilah tersebut.”

To be honest, buat aku pribadi, dalam bekerja itu tidak hanya mencari finansial, tidak melulu soal materi. Harus ada social impact disana.  Kita jadi orang yang berguna untuk society. Dan lewat buku ini banyak orang terbantu.”

Menghadirkan musik indah untuk menemani dansa investor di pasar saham, mungkin ini adalah ide besar yang idealis. Tapi ide besar ini positif, optimistik, terbuka untuk siapa saja, membawa manfaat bagi orang lain, dan tahan banting. Juga berani, dan pada akhirnya mungkin tidak selalu bisa diraih. Meminjam istilah dari Simon Sinek, memenuhi standar sebagai Just Cause.

Just Cause adalah sebuah visi spesifik masa depan yang mungkin belum eksis, sesuatu yang membantu arah upaya kita, menginspirasi insan untuk meluangkan waktu dan energi berkarya bagi orang lain. Bukan hanya saat ini tapi juga jauh ke depannya. Just Cause ini terasa begitu menggugah dan menggairahkan, membuat semangat membara ke tempat kerja dan pulang kerja pun masih bahagia walau capek. Tidur kita nyenyak dan tenang.

Jujur, motivasi tim penulis buku Bukan Kamus Biasa bukanlah 100% altruistik. Kami banyak tertawa dan bercanda dalam proses penulisan dan pembuatan buku ini, walau self-imposed deadline begitu mepet. Mungkin ini cara kami untuk de-stress dan menstimulasi dopamine secara sehat. We are having fun and making writing fun again.

Tim penulis buku Bukan Kamus Biasa bertekad membantu mencoba mewujudkan mimpi cuan troopers jadi LKH (tapi  hanya cuan-nya, bukan iritnya).

Itu tujuan antaranya. Tujuan akhirnya adalah mewujudkan investor Indonesia yang mau berkontribusi untuk sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Yang mana kalau berhasil diwujudkan, tetap akan diiringi dengan profit manis sebagai reward tambahan. Sweet kan?

Written by Wuddy Warsono, CFA
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220