Jatuh Cinta karena Terbiasa
19 August 2021
Ada sebuah ungkapan dalam Bahasa Jawa berbunyi “Witing tresno jalaran soko kulino” yang kurang lebih bermakna bahwa cinta tumbuh karena terbiasa. Di tengah suasana pandemi yang lebih sering membawa kabar buruk di layar ponsel kita, cinta semacam itu ternyata ikut tumbuh juga.

Sebelum pandemi Covid-19 memutarbalikkan kehidupan umat manusia di seluruh dunia, saya adalah seorang yang hampir tidak pernah berbelanja online. Pengalaman saya berbelanja online hanyalah memesan buku di situs toko buku terbesar di Indonesia ketika ada promo Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Buat akun Shopee pun ketika itu agar saya bisa ikut acara nonton bareng pertandingan Piala Dunia 2018 yang diadakan platform e-commerce tersebut. Selebihnya saya merasa cukup dan nyaman berbelanja langsung di toko atau pusat perbelanjaan.

Semuanya berubah ketika virus corona memaksa kita semua untuk lebih banyak tinggal di dalam rumah. Keluar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari pun rasanya seperti akan menempuh medan perang: penuh kecemasan dan ekstra kewaspadaan. Di saat seperti itu, saya mulai melirik berbagai aplikasi belanja online. Betul kata orang tua kita dulu, tak kenal maka tak sayang. Setelah kenalan dengan e-commerce dan e-grocery ini, rasa sayang itu muncul. 

Saya ternyata tidak sendiri. Teman-teman saya pun makin jatuh cinta dengan kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan platform e-commerce. Melihat-lihat barang di e-commerce dan memasukkan barang impian ke keranjang lantas baru dibayar ketika gajian menjadi salah satu kegiatan favorit mereka ketika bekerja dari rumah (work from home/ WFH), bahkan ada yang menyebutnya sebagai kegiatan pelepas stress.

...
Tanpa kita sadari, e-commerce dan e-grocery sudah masuk lebih jauh lagi ke dalam hidup dan kebiasaan kita. Menurut survey yang Sucor Sekuritas adakan beberapa waktu lalu terhadap 307 responden di seluruh Indonesia, hampir 90% dari responden mengaku mulai berbelanja online ketika pandemi Covid-19 muncul setahun lalu. Alasannya adalah kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan karena mereka tidak perlu keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

...
Angka yang kami dapatkan terkait pengguna baru e-commerce ini memang relatif tinggi karena Sebagian besar dari responden kami tinggal di Pulau Jawa di mana jangkauan platform e-commerce lebih terasa dan adopsinya pun lebih cepat bila dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Beberapa laporan riset dan studi menyebutkan kenaikan jumlah pengguna baru yang berada di kisaran 20% hingga 30%.

Laporan dari Redseer pada 2020 lalu memperkirakan ada 12 juta lebih pengguna e-commerce baru di Indonesia tahun lalu atau naik sekitar 18,4% dibandingkan jumlah pengguna pada akhir 2019 yang berjumlah sekitar 65 juta. Redseer menyebut kenaikan tersebut sangat kuat karena pertumbuhan pengguna baru secepat itu seharusnya baru bisa dicapai dalam waktu 1,5 hingga 2 tahun dalam kondisi normal, tanpa adanya pandemi.

Meskipun perkenalan jutaan pengguna baru dengan layanan e-commerce ini relatif baru, para pembeli ini rupanya berencana untuk terus setia berbelanja secara online karena berbagai kemudahan dan promosi yang ditawarkan.

Survey kami juga menemukan bahwa hampir 53% dari responden mengatakan dengan yakin mereka akan terus melanjutkan kebiasaan berbelanja online ini di masa depan sementara 46% mengatakan akan berbelanja online untuk beberapa produk tertentu. Dengan demikian, hanya sekitar 1% yang tidak ingin lagi berbelanja online di masa depan.

Produk-produk yang akan responden beli secara daring masih berkisar di obat-obatan dan vitamin, produk kebersihan rumah dan pribadi, serta make-up dan produk perawatan kulit. Bahan makanan, baik yang segar, beku, dan siap konsumsi masih akan dibeli secara langsung di supermarket atau restoran oleh mayoritas responden.

...
Ketika kami menggali lebih dalam lagi mengenai kebiasaan mereka membeli bahan makanan, kami menemukan sekitar 35% responden yang tidak berbelanja bahan makanan secara online (e-grocery). Sementara itu, sekitar 45% mengaku membeli bahan makanan instan atau kalengan secara daring, diikuti dengan sembako (beras, gula, minyak goreng). 

Konsumen terlihat cenderung merasa nyaman untuk membeli bahan makanan yang tidak mudah rusak di perjalanan secara online karena risiko kerusakan ketika proses pengantaran bisa dikurangi. Akibatnya, buah, sayur, daging segar dan beku tidak ada di top list konsumen ketika berbelanja makanan secara daring.

...
Akibatnya, porsi anggaran bulanan yang digunakan konsumen untuk membeli bahan makanan melalui e-grocery tergolong masih kecil. Lebih dari 38% konsumen mengaku membelanjakan kurang dari 10% dari anggaran bahan makanan bulanan secara online. Sementara itu, sekitar 36,5% menghabiskan antara 11% hingga 25% dari anggaran mereka di platform e-grocery.

Nilai e-grocery Indonesia memang baru mencapai USD600 juta hingga USD800 juta di 2020, atau sekitar 0,3% dari keseluruhan nilai grocery secara retail, menurut L.E.K Consulting. Namun, angka ini diperkirakan akan melonjak menjadi USD5 miliar hingga USD6 miliar di 2025 akibat perubahan kebiasaan konsumen di masa pandemi. 

Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap kegiatan belanja online tentunya akan berdampak positif bagi berbagai platform e-commerce yang beroperasi di Indonesia, seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Lazada. Selain itu, beberapa perusahaan tercatat, seperti PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA IJ) dan PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA IJ), akan mendapatkan angin segar dari pertumbuhan pengguna dan transaksi e-grocery

...
MPPA dengan aplikasi in-house-nya dan kerjasama dengan Gojek maupun Tokopedia telah mencatatkan penjualan secara online hingga 11% dari total penjualan di Juli dibandingkan hanya 0,1% sebelum pandemi terjadi.

ZBRA melalui anak usahanya, PT Storesend Elogistics, juga tengah mengembangkan platform e-grocery hyperlocal di seluruh Indonesia bersama Bulog di bawah bendera iPanganan.com, yang juga tersedia di Shopee. Nilai transaksi di iPanganan.com melonjak menjadi IDR 88 miliar tahun lalu dari hanya IDR 1 miliar di 2019. Perusahaan menargetkan nilai transaksi tumbuh menjadi IDR 132 miliar tahun ini dan IDR 350 miliar di 2022.

Perjalanan perkembangan e-commerce dan e-grocery serta perubahan kebiasaan konsumen saat pandemi ini memang menarik untuk kita ikuti. Bila teman-teman ingin membaca lebih dalam mengenai temuan kami, silakan klik tautan ini ya: https://bit.ly/OTG_AWholeNewShop 

Written by Prima Wirayani
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220