Strategi Perang Ala Jenderal Hua Mulan
31 May 2021
“Lebih baik (saya) mati berjuang di medan perang, daripada harus mati berdiam diri di markas” – Mulan, 2009

Pasti banyak di antara kita telah mengenal sosok Hua Mulan, atau yang sering disapa Mulan. Mulan merupakan sosok jenderal wanita legendaris di negeri Tiongkok yang harus menyamar sebagai pria karena menggantikan ayahnya yang sudah tidak sanggup bertempur di medan perang. Sosoknya banyak menjadi idola anak-anak karena adaptasi film yang dibuat oleh Walt Disney.

Namun, tidak sama halnya dengan saya. Saya lebih mencintai adaptasi film Mulan karya Jingle Ma yang ditayangkan secara luas di tahun 2009. Di film ini, Mulan diperankan oleh Vicky Zhao Wei – aktris Cina yang dikenal di Indonesia karena drama romantis Kabut Cinta yang sangat membekas di ingatan saya ketika saya masih di bangku sekolah dasar. Produksinya pun tidak dilakukan oleh Holywood, namun oleh produser Film asal Tiongkok – Starlight Internasional Media Group.

Film Mulan versi Jingle Ma ini sangat berbeda dari film karya Walt Disney di tahun 1998 ataupun 2020. Tidak hanya dari sisi latarnya yang jelas versi Jingle Ma ini terlihat lebih orisinil dengan latar belakang gurun pasir di Tiongkok dan nuansa peperangan yang lebih nyata. Plot ceritanya pun banyak berbeda di mana Film Mulan versi Jingle Ma menurut saya lebih dramatis dan menegangkan – walau ada beberapa scene dengan bumbu percintaan khas Film Tiongkok. Namun, film ini pun banyak memberikan saya nilai-nilai kehidupan yang terus saya pegang sebagai seorang ‘jenderal’.

Pengorbanan

Nilai pertama yang saya ambil dari film ini adalah pengorbanan. Tentu kita tahu bahwa Mulan masuk ke medan pertempuran karena menggantikan ayahnya yang sakit. Namun, banyak pengorbanan yang dilakukan Mulan selanjutnya.

Pengorbanan pertama yang saya ingat adalah ketika pasukan perangnya nyaris mati kelaparan dan kehausan karena dikepung oleh pasukan dari bangsa Rouran. Karena tidak ada pilihan lain, Mulan sebagai pemimpin bersedia mengorbankan kudanya. 

Pengorbanan lain yang paling dramastis adalah ketika Mulan harus mengorbankan cintanya kepada Wentai – pria yang dicintainya – untuk menikah dengan Putri dari bangsa Rouran. Pengorbanan ini berdampak terciptanya kedamaian antara kedua bangsa dan peperangan yang telah berlangsung selama puluhan tahun usai.    

Kebijaksanaan

Nilai kedua yang menarik untuk disimak adalah mengenai proses pengambilan keputusan seorang jenderal. Sebagai seorang pemimpin, tentu akan banyak dihadapkan keputusan-keputusan sulit. Oleh karena itu, walau seorang pemimpin harus memiliki hati, kebijaksaan dan pemikiran rasional dan logis untuk kepentingan bersama harus diutamakan.

Setelah memenangi berbagai pertempuran hingga Mulan diangkat menjadi jenderal, pasukan Mulan sempat dikalahkan oleh pasukan bangsa Rouran karena Mulan yang seharusnya memimpin pasukannya malah ‘kabur’ untuk menyelamatkan pasukan Wentai – pria yang dicintainya – yang ternyata bisa mengatasi serangan bangsa Rouran. Namun naas, pasukan Mulan malah harus kalah karena ditinggal pemimpinnya.

Pengalaman ini sempat membuat Mulan down dan tidak ingin kembali ke medan pertempuran. Namun, ketika Wentai dikabarkan mati di medan perang dan pasukannya terjepit oleh bangsa Rouran, Mulan pun kembali mengambil alih komando dan mengesampingkan kepentingan pribadinya (rasa cinta pada Wentai). Kemudian, Mulan pun bisa memenangi peperangan demi peperangan selama 12 tahun karena kepemimpinan dan strategi perang yang handal.

Keputusan sulit lainnya adalah ketika Xiaohu – sahabat kecilnya sejak sebelum di medan perang – ditawan dan hendak dibunuh oleh bangsa Rouran di depan Mulan dan pasukannya. Dia terpaksa harus melihat sahabatnya mati dengan mata kepalanya sendiri demi menjaga kekuatan dan keutuhan pasukannya dari bangsa Rouran. Walau Mulan harus menahan tangis, jika Mulan memaksakan untuk melawan pasukan Rouran saat itu, bisa jadi seluruh pasukannya akan dibantai habis oleh lawannya dan di akhir pasukannya tidak bisa memenangi peperangan.

...
Semangat Juang yang Tinggi

“Lebih baik (saya) mati berjuang di medan perang, daripada harus mati berdiam diri di markas”, begitulah pernyataan Mulan di Film Mulan karya Jingle Ma di tahun 2009. Kalimat ini terus terngiang-ngiang di kepala saya selepas saya selesai menonton film ini.

Setelah kabar mengenai kematian Wentai yang sampai di telinga Mulan, Mulan mengambil alih kepemimpinan pasukan dengan sangat baik. Mulan secara disiplin memimpin latihan dan terus memompa semangat para pasukan. Selain itu, Mulan juga menunjukkan determinasinya dengan menjadi garda terdepan di setiap peperangan dengan bangsa Rouran. Dia tidak membiarkan semangat pasukannya kendor karena prinsip Mulan yang terus digaung-gaungkan ke pasukannya adalah lebih baik mati di medan perang, daripada mati karena berdiam diri di markas.

Dengan semangat yang terus dia tunjukkan kepada pasukannya, semangat dan daya juang yang tinggi pun terus terimpartasi ke pasukannya. Tidak heran, pasukan Mulan pun bisa memenangkan peperangan demi peperangan melawan bangsa Rouran selama 12 tahun.

Setiap dari Kita Bisa Jadi Pemimpin

Terlepas dari benar atau tidaknya legenda Hua Mulan, namun saya percaya bahwa setiap dari kita bisa menjadi pemimpin asalkan kita memiliki nilai-nilai kepemimpinan di atas. Seperti kita ketahui, Mulan masuk ke markas pertempuran bukan dengan kondisi ideal: di mana dia adalah seorang perempuan dan jika dia ketahuan sebagai perempuan di medan perang, dia akan dihukum mati.

Banyak yang di antara kita merasa bahwa kita berada dalam posisi yang tidak ideal sebagai seorang pemimpin, seperti misalnya usia kita terlalu muda, berasal dari kota kecil, ataupun berasal dari keluarga yang sederhana. Namun saya percaya, menjadi pemimpin itu bukanlah suatu takdir, namun adalah suatu keputusan – seperti Mulan yang memutuskan untuk terus berperang hingga tercipta kedamaian di bangsanya dan membanggakan keluarganya. 

Written by Bernadus Wijaya
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220